Selasa 28 Jul 2020 19:24 WIB

Kurikulum SMK Sudah Link and Match dengan Industri

Sejumlah SMK rutin mengevaluasi kurikulum agar link and match dengan industri.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Andi Nur Aminah
Pelajar memasak ketika mengikuti mata pelajaran praktik kejuruan saat pelaksanaan persiapan tatanan normal baru di SMK Jayawisata 2, Jakarta, Rabu (24/6). Selain mengadakan kelas teori secara daring, pihak SMK pariwisata itu juga melakukan pembatasan kehadiran siswa ke sekolah untuk mata pelajaran praktik serta menerapkan protokol kesehatan seperti cuci tangan, pengukuran suhu tubuh, penggunaan pelindung wajah, masker, sarung tangan, dan jarak fisik. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pelajar memasak ketika mengikuti mata pelajaran praktik kejuruan saat pelaksanaan persiapan tatanan normal baru di SMK Jayawisata 2, Jakarta, Rabu (24/6). Selain mengadakan kelas teori secara daring, pihak SMK pariwisata itu juga melakukan pembatasan kehadiran siswa ke sekolah untuk mata pelajaran praktik serta menerapkan protokol kesehatan seperti cuci tangan, pengukuran suhu tubuh, penggunaan pelindung wajah, masker, sarung tangan, dan jarak fisik. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Kemendikbud, Wikan Sakarinto melakukan sidak ke tiga SMK yang ada di Kota Yogyakarta. Mulai dari SMK Negeri 6, smk 2 Muhammadiyah dan SMK 3 Muhammadiyah Yogyakarta.

Wikan mengatakan, kurikulum di tiga SMK ini sudah link and match dengan industri. Artinya, kurikulum yang ada sudah sesuai dengan kebutuhan industri saat ini."Link and match sudah, jadi ada sinkronisasi kurikulum dengan perusahaan," kata Wikan kepada Republika.co.id usai sidak di tiga SMK yang ada di Kota Yogyakarta tersebut, Selasa (28/7).

Baca Juga

Tidak hanya itu, keterserapan lulusan siswa di tiga  SMK ini juga tinggi. Di SMK Negeri 6 Yogyakarta serapannya mencapai 93 persen.

Sedangkan, di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta serapannya mencapai 80 persen dan di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta mencapai 89 persen. Walaupun begitu, tracer study di masing-masing sekolah masih kurang.

"Serapan lulusan di tiga SMK ini bisa lebih besar. Misalnya di SMK Muhammadiyah 3, 11 persen yang tidak terserap itu karena tidak terlacak. Jadi bisa jadi yang 11 persen itu sudah terserap. Jadi yang perlu ditingkatkan lagi tracer study yang harus dilakukan sekolah," ujarnya.

Selain itu, gerakan 'nikah massal' antara sekolah dan industri juga terjalin. Sebab, di tiga SMK tersebut sudah menjalin kerja sama dan kolaborasi dalam menumbuhkan potensi siswa untuk dapat menjawab kebutuhan tenaga kerja saat ini. "Lulusan sudah sesuai pesanan industri, sudah. Industri itu minta soft skill dan sudah diterapkan dalam mata pelajaran," jelasnya.

Walaupun begitu, pihaknya juga mendorong sekolah untuk menerapkan metode project based learning. Melalui metode ini, tidak hanya soft skill yang diasah, namun /hard skill juga diperkuat.

Selain melakukan sidak di tiga SMK di Kota Yogyakarta, Wikan juga mengunjungi SMK Roudlotul Mubtadiin Balekambang, Jepara, Jateng. SMK tersebut, kata Wikan, berbasis pesantren dengan jumlah santri yang mencapai 2.500 santri.

"Di SMK ini kita melihat dari sisi sinkronisasi kurikulum, penelusuran tamatan. Termasuk beberapa kompetensi keahlian seperti TKJ, tata busana dan TKR yang menjadi favorit," katanya.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, Suprihandono mengatakan, pihaknya rutin mengevaluasi kurikulum agar link and match dengan industri. Hal ini dilakukan dengan meminta masukan dari industri terkait kebutuhan tenaga kerja.

"Sinkronisasi kurikulum kita lakukan sekali setahun. Kita minta masukan dari industri, bahkan selain murid juga ada guru yang magang di industri," ujar pria yang kerap disapa Handono tersebut.

Terkait keteserapan lulusan yang mencapai 89 persen, Handono menyebut, 40 persen di antaranya tidak linier. Artinya, keterserapan lulusan sejumlah 40 persen tersebut tidak sesuai dengan jurusan yang dijalani saat duduk di bangku SMK. "Misalnya jurusan otomotif jadi polisi atau TNI dan banyak juga yang memiliki usaha sendiri," katanya.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement