Jumat 24 May 2019 12:52 WIB

Menristekdikti Dorong Kontribusi Pesantren

-pesantren di Indonesia turut berkontribusi dalam meningkatkan Angka Partisipasi Kasa

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Esthi Maharani
Menristekdikti Mohamad Nasir berbicara saat menghadiri peresmian Artificial Intelegence (AI) di kampus Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat, Kamis (28/3/19) .
Foto: Antara/Kahfie Kamaru
Menristekdikti Mohamad Nasir berbicara saat menghadiri peresmian Artificial Intelegence (AI) di kampus Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat, Kamis (28/3/19) .

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mendorong pesantren-pesantren di Indonesia turut berkontribusi dalam meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Tinggi Indonesia. Nasir meminta paling tidak 500 dari sekitar 29 ribu pesantren di Indonesia untuk mengembangkan perguruan tinggi minimal pada tingkat akademi komunitas.

Hal tersebut diungkapkan Nasir usai menyerahkan Surat Keputusan Sekolah Tinggi Kesehatan (Stikes) KHAS Kempek, di  Cirebon, Jawa Barat. "Harapannya lima tahun ke depan mulai dari Aceh sampai dengan Papua kurang lebih 500 pesantren akan didorong memiliki pendidikan tinggi di luar bidang agama sesuai dengan potensi dan kearifan lokal masing-masing daerah," kata Nasir, dalam keterangan resmi yang diterima Republika, Kamis (23/5).

Pendidikan di luar bidang agama, menurut Nasir dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan daerah tersebut. Namun, lanjut dia, apabila tidak dapat memenuhi kriteria sebagai universitas ataupun sekolah tinggi maka akan dibentuk akademi komunitas.

Nasir menjelaskan jika setiap akademi komunitas yang didirikan pesantren memiliki 500 mahasiswa, maka pesantren akan berkontribusi menciptakan 25 ribu mahasiswa. Hal ini tentunya akan turut meningkatkan APK pendidikan tinggi Indonesia yang saat ini masih pada angka 34,5 persen.

Ia juga meminta perguruan tinggi yang dikembangkan pesantren sesuai dengan potensi dan kearifan lokal yang ada. Salah satunya seperti bidang 'herbalife' yang menjadi salah satu fokus Stikes Khas Kempek.

"Obat yang ada di apotek itu, 92 persen bahan-bahannya bukan dari Indonesia, bahan impor. Kalau pun diproduksi di Indonesia tapi yang punya resep komposisi obatnya adalah orang dari luar negeri. Kalau STIKES KHAS Kempek dapat memformulasikan paten 'herbamedicine' maupun 'herbalife', karena Indonesia kaya akan biodiversity (keanekaragaman hayati), Insya Allah para santriwan dan santriwati akan bisa menghasilkan terobosan inovasi sehingga obat-obatan berbahan baku lokal bisa dihasilkan dari santri Kempek ini," kata dia.

Sementara itu, Pengasuh Ponpes Kempek Cirebon, KH Musthofa Aqiel Siradj menyebut pesantren memiliki peran penting dalam pendidikan di Indonesia mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Pesantren dewasa ini, sudah harus bicara banyak soal ilmu duniawi. Dia mencontohkan, santri dituntut menguasai teknologi informasi, komunikasi digital, serta internet.

Inas Widyanuratikah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement