Selasa 23 Apr 2019 15:31 WIB

Belajar Menjadi Sekolah Berkualitas dari MIS Azrina

Sekolah Literasi Indonesia yang digagas Dompet Dhuafa membantu meningkatkan kualitas.

MIS Azrina salah satu penerima manfaat Dompet Dhuafa.
Foto: Dompet Dhuafa
MIS Azrina salah satu penerima manfaat Dompet Dhuafa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Azrina, sekolah mungil berkonsep rumah yang terletak di Jalan Marelan Raya Pasar II Nomor 287 B, Kecamatan Rengas Pulau, Kabupaten Medan Marelan. Sekolah ini didirikan pada tahun 2012 oleh Muhammad Arif (almarhum) dengan visi-misi yang sangat sederhana, yaitu menjadi wadah bagi anak-anak kurang mampu untuk tetap bisa menikmati bangku sekolah.

Sekolah ini kini menjadi salah satu penerima manfaat program Sekolah Literasi

Baca Juga

Indonesia (SLI) yang digagas oleh Dompet Dhuafa Pendidikan (DD Pendidikan) di Kabupaten Medan Marelan, Provinsi Sumatra Utara. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kualitas sekolah dan kualitas pembelajaran dengan pendekatan literasi. Program SLI ini juga berjalan di 16 wilayah lain dengan total penerima manfaat sebanyak 54 sekolah di 16 wilayah.

Guna memastikan implementasi program berjalan sesuai perencanaan, pada setiap wilayah SLI ditempatkan seorang Konsultan Relawan (Kawan SLI). Tugas utama mereka adalah melakukan pendampingan dan konsultasi terhadap sekolah, kepala sekolah, dan para guru untuk melaksanakan program.

Di MIS Azrina, DD Pendidikan menempatkan Fitriani sebagai Kawan SLI di sana. Fitriani sangat terkesan dengan MIS Azrina, terutama bagaimana sekolah ini berkomitmen terhadap kelangsungan pendidikan anak-anak duafa.

“MIS Azrina ini punya banyak produk beasiswa. Ada Beasiswa Yatim, yaitu beasiswa untuk siswa yatim, bebas SPP dari kelas satu hingga kelas enam. Selanjutnya ada Beasiswa Separuh, peruntukannya bagi siswa yang orangtuanya masih utuh namun berpenghasilan kecil,” ujar Fitriani seperti dalam siaran pers.

Selanjutnya Fitriani pun menjelaskan alasan di balik Beasiswa Separuh itu. “MIS Azrina

ingin menempa orangtua siswanya untuk tetap bertanggung jawab terhadap kewajibannya kepada anak, sesuai isi salah satu hadis Rasulullah. Harapannya, dengan dibantu separuh, orang tua siswa bisa lebih semangat mencari nafkah,” ungkapnya.

Ada pula Beasiswa Prestasi, yaitu beasiswa untuk tiga siswa yang mendapatkan nilai tertinggi di setiap kelasnya. Beasiswa ini diberikan per semester, berupa bebas SPP selama tiga bulan. Tujuannya agar menjadi penyemangat siswa untuk rajin belajar. Dari 207 siswa, yang tercatat menerima manfaat beasiswa tersebut adalah sebanyak 48 siswa.

MIS Azrina memiliki 12 tenaga pendidik, terdiri dari 10 Guru Kelas dan 2 Guru Bidang Studi (Olah raga dan Bahasa Arab). Mereka semua masih muda, penyayang dan pembelajar.

Kepala Madrasah pun masih muda. Wilfa Hayati, S.Pd.I, perempuan kuat dan murah senyum, serta pembelajar yang ulung. “Kepala Sekolah dan Guru MIS Azrina adalah pembelajar, terbukti dari sikap antusias mereka setiap mengikuti pelatihan dari SLI. Terlihat mereka ingin belajar untuk meningkatkan kompetensi dirinya sebagai guru di dalam kelas agar lebih profesional. Jika belum memahami, mereka bertanya. Jika memiliki informasi, mereka saling sharing,” kisah

Fitriani yang sangat terkesan pada semangat para guru di sekolah tempatnya bertugas. Pada semester dua kembali dilakukan Pelatihan Guru Tahap II dengan tema Desain Pembelajaran Aktif dan Media Pembelajaran.

Fitriani tidak lagi bertindak sebagai pemateri pada pelatihan kali ini, tetapi oleh guru model, yaitu salah satu guru di MIS Azrina yang paling progresif selama program. Sebelumnya, guru model ini dilatih oleh Fulanah dan disemangati penuh oleh Kepala Madrasah.

“Suasana pelatihan lebih hidup, aktif dan menyenangkan. Kepala Madrasah juga mengisi kegiatan Pelatihan Pengembangan Keluarga dengan tema ‘Mewujudkan

Anak Cerdas dan Sholeh’. Pelatihannya dibawakan dengan santai, hangat dan menyenangkan. Keilmuannya mengenai keislaman pun menjadikan kegiatan tersebut lebih hidup sehingga orang tua siswa yang hadir mendapatkan ilmu baru. Benar-benar potensial,” kesan Fitriani.

Predikat baik sebuah sekolah, tidak semata diukur dari fasilitas, karena yang lebih

penting dari itu adalah kualitas SDM di dalamnya. “Untuk bisa meng-kualitas-kan diri, maka diperlukan kemauan. Mau memperbaiki diri, mau belajar, mau berkembang. Jika sudah memiliki kesadaran tersebut maka pelayanan terhadap siswa dan orang tua siswa pun akan prima. Siswa senang datang ke sekolah, orang tua senang bersinergi dengan sekolah, sehingga tercipta kepuasan dari berbagai pihak,” ujar Fitriani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement