Kamis 11 Apr 2019 19:01 WIB

'Sekolah Sebaiknya Utamakan Keunggulan'

Fungsi madrasah harus dikembalikan yakni membangun karakter lewat pendidikan agama.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Pendiri gerakan sekolah menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal
Foto: Republika/Eric Iskandarsjah
Pendiri gerakan sekolah menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Tiap sekolah seperti madrasah dan sekolah kejuruan tentu memiliki keunggulan yang menjadi ciri khasnya. Sayangnya, sekolah hari ini kerap tidak berfokus atas keunggulannya tersebut dan malah membebani siswa dengan banyak tuntutan. 

Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhammad Nur Rizal mengatakan, madrasah harus dikembalikan sebagaimana fungsinya membangun karakter melalui pendidikan agama. Sehingga dapat membangun madrasah yang hebat dan bermartabat.  

"Madrasah yang bermartabat itu adalah mengembalikan nafasnya kepada jiwa semula yakni memberikan ruang kepada anak untuk mampu membaca literasi bahasa agama dan kemudian menerjemahkannya dalam kehidupan sehari-hari," kata Rizal kepada Republika di Cavinton Hotel Yogyakarta, Kamis (11/4).  

Ia menjelaskan, madrasah saat ini sama dengan sekolah umum lainnya. Yang mana juga lebih menekankan kepada aspek kognitif dari pada pendidikan karakter.  Dengan begitu, beban siswa hanya akan bertambah. Baik dari kurikulum nasional dan kurikulum dalam pendidikan agama itu sendiri.  

"Mereka akhirnya double kurikulum, akhirnya ruang anak untuk rehat sejenak, untuk berpikir dan ruang untuk bermain dan bercengkrama dengan anak lain itu menjadi tipips. Di titik ini anak akan mengalami stres," kata Rizal.  

Seharusnya, madrasah dapat membentuk karakter peserta didik yang berorientasi pada pembangunan kepekaan sosial dan empati terhadap menjawab masalah-masalah sosial. Terlebih di era revolusi industri 4.0 saat ini.  

Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat aspek kemanusiaan semakin hilang. Sehingga, menjadi salah satu tugas dari madrasah untuk dapat menerapkan sistem pendidikan yang tidak hanya berorientasi kepada aspek kognitif. 

"Di era revolusi industri ini yang diperlukan adalah kemandirian anak untuk bereksplorasi diri dan membangun kepekaan terhadap informasi yang banyak ini," ujarnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement