Kamis 07 Mar 2019 06:26 WIB

Menhan Ingatkan Infiltrasi Wahabisme di SMA dan Kampus

Paham tersebut bisa masuk dengan berkedok pembinaan agama dan moral.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Andri Saubani
 Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, mengingatkan akan bahaya infiltrasi kaderisasi paham ekstrem radikal wahabisme di sekolah menengah atas (SMA) negeri dan kampus. Paham tersebut, kata dia, bisa masuk dengan berkedok pembinaan agama dan moral.

"Kita juga perlu mewaspadai bahaya infiltrasi kaderisasi paham ekstrem radikal wahabisme di SMA negeri dan kampus dengan berkedok pembinaan agama dan moral," ujar Ryamizard dalam kegiatan Rakor dan Evaluasi Pelaksanaan Bela Negara di Perguruan Tinggi di Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, pada Senin (5/3) lalu.

Saat ini, kata dia, banyak bermunculan pemahaman-pemahaman sesat yang tanpa sungkan menyebut pahlawan nasional sebagai kafir. Ada pula yang membuat anak-anak tidak mau menghormat pada bendera Merah Putih dan tidak mau menghafal Pancasila.

"Semua pemahaman yang terus berkembang ini berawal dari upaya infiltrasi terselubung kaum wahabi ke sekolah-sekolah dan universitas dengan menggunakan strategi halaqah," jelasnya.

Ia menerangkan, gerakan tarbiyah memang dikenal menggunakan strategi halaqah untuk menjamin kaderisasi gerakannya. Halaqah juga dijadikan wadah taurits atau pewarisan nilai, sikap maupun transfer informasi dan komando. Melalui halaqah itu, sambungnya, gerakan tarbiyah akan melakukan perjuangan bertingkat mulai dari kelompok keluarga.

"Sepak terjang mereka sangat sektarian dan mempertajam segregasi berdasarkan agama. Paham keagamaan sangat monolitik. Pemilihan berdasarkan simbol dan identitas keagamaan diperkuat," jelasnya.

Menurut Ryamizard, cara pandang mereka sangat ekslusif, yakni muslim dan kafir, serta mudah mengkafirkan. Ia menjelaskan, strategi wahabisme di kampus dan sekolah menjadi wadah bersemainya gerakan radikal yang mudah dimobilisasi dengan sistem komando. Ia juga menerangkan, wahabisme juga memanfaatkan ruang kebebasan untuk pelan-pelan membunuh semangat kebangsaaan dan penghormatan pada keberagaman.

"Dengan memanfaatkan fasilitas negara, Wahabisme menyemaikan paham yang mudah mengkafirkan orang lain dan menolak bendera merah putih," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement