Rabu 27 Feb 2019 16:17 WIB

Dengan Literasi, Ravika Antar Sekolahnya Jadi yang Terdepan

Ravika merupakan konsultan relawan dalam Sekolah Literasi Indonesia DD Pendidikan.

Konsultan relawan dalam program Sekolah Literasi Indonesia (SLI), berupaya memajukan SD Pidua Meranjat.
Foto: Dompet Dhuafa
Konsultan relawan dalam program Sekolah Literasi Indonesia (SLI), berupaya memajukan SD Pidua Meranjat.

REPUBLIKA.CO.ID, OGAN ILIR -- Ravika Lisa Indra, dara asal Sumatera Barat yang juga alumni IAIN Batusangkar ini sedang bertugas di SD Pidua Meranjat, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Ravika berada di sekolah itu sebagai konsultan relawan dalam program Sekolah Literasi Indonesia (SLI) yang dilaksanakan oleh Dompet Dhuafa Pendidikan (DD Pendidikan).

Tugas utama Ravika adalah mendampingi sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan pendekatan literasi. Hari ini masuk bulan keenam Ravika bertugas, sejauh ini ia merasa senang berada di sekolah milik Yayasan Pidua Meranjat ini.

Baca Juga

“Sekolah ini menurut saya merupakan sekolah yang ingin maju dan bahkan ingin menjadi yang terdepan,” ujar Ravika seperti dalam siaran persnya.

Meski didirikan oleh yayasan keluarga, namun menurut Ravika SD Pidua Meranjat dikelola secara profesional. Bahkan, ia optimistis sekolah ini mampu menjadi sekolah yang maju.

“Sekolah itu maju bukan karena status swasta atau negerinya, tetapi karena kepala sekolah yang bijak serta guru-guru yang selalu ingin belajar. Mereka selalu meminta masukan untuk perbaikan dalam mengajar,” kata Ravika. 

Semangat inilah yang membuat mereka terbuka terhadap konsep pembelajaran literasi yang dibawa SLI. Kepala Sekolah SD Pidua Meranjat, Nukman H Makmun pun memberikan apresiasi terhadap program ini.

“Sangat baik sekali Sekolah Literasi Indonesia diadakan di sekolah ini. Saya, para guru, juga siswa sangat senang dengan program Ceruk Ilmu, Gemari Baca, Literasi Karakter, serta Kelompok Jurnalis. Harapannya semoga sekolah ini lebih baik lagi dari tahun ke tahun serta mampu maju lebih pesat dari sekolah lain,” kata Nukman.

photo
Konsultan relawan dalam program Sekolah Literasi Indonesia (SLI), berupaya memajukan SD Pidua Meranjat.

Tak hanya kepala sekolah, para guru pun melaksanakan pogram ini dengan penuh semangat. Sri Herlina, salah satu guru SD Pidua Meranjat mengungkapkan menjadi guru model itu memang berat. Tetapi dengan menjadi guru model ia mendapatkan ilmu-ilmu baru dari Ravika juga para trainer, sehingga ia mampu mengajar lebih baik lagi.

"Oleh karena itu, saya akan berusaha untuk memberikan hasil yang terbaik walaupun saya tidak mengenyam bangku kuliah seperti guru-guru lainnya,” ujar Sri.

Meskipun menjadi yang terdepan itu sangat berat untuk dilakukan, tetapi Ravika tidak pernah melihat guru-guru SD Pidua Meranjat menyerah. Seluruh guru menjadi satu tim yang padu dan kompak untuk mencapai tujuan mereka. Beberapa orang guru yang berstatus honorer pun tidak membuat mereka mendapat perlakuan berbeda, semuanya sama-sama menjadi “pemain” dalam tim.

“Mereka selalu bersemangat. Lelah terkadang ada, tnamanya juga manusia. Dengan adanya kepala sekolah yang tangguh dan guru-guru yang kuat keinginannya untuk maju, saya optimistis harapan menjadi sekolah terdepan insya Allah dapat tercapai,” kata Ravika.

Dirinya masih memiliki waktu enam bulan ke depan untuk mewujudkan impian itu.

Ravika adalah satu dari 18 orang Konsultan Relawan SLI yang bertugas di 18 wilayah Indonesia. Mereka mendaftar dengan sukarela untuk melaksanakan tugas itu.

Ravika dan teman-temannya berhasil lolos setelah melalui tahapan seleksi yang diikuti oleh ratusan pendaftar. Satu yang menjadi motivasi mereka adalah ingin menebar kemanfaatan dengan meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah-sekolah marginal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement