Senin 11 Feb 2019 21:08 WIB

Republika.co.id-Dompet Dhuafa Jalin Kerja Sama Literasi

Kredibilitas media online yang juga memiliki media cetak akan lebih akurat.

Rep: MGROL/Nickie Almira/ Red: Budi Raharjo
  Republika.co.id dan Dompet Dhuafa Sekolah Ekselensia menjalin kerja sama pemberitaan program Sekolah Literasi Indonesia.
Foto: Republika/Budi Raharjo
Republika.co.id dan Dompet Dhuafa Sekolah Ekselensia menjalin kerja sama pemberitaan program Sekolah Literasi Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai media nasional yang juga peduli terhadap pendidikan, Republika.co.id dianggap memiliki peranan penting. Oleh karena itu, Republika.co.id bekerja sama dengan Dompet Dhuafa Pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

"Republika.co.id sangat relevan dengan berita-berita terkait pendidikan," ucap Direktur Dompet Dhuafa, Muhammad Syafi'ie el-Bantanie di Kantor Republika, Jakarta Selatan, Senin (11/2).

Syafi'ie berharap dengan bekerja sama dengan Republika.co.id, Dompet Dhuafa Pendidikan bisa memperluas komunikasi eksternal dalam memberitakan program-program pendidikannya. Dengan begitu, masyarakat bisa mengetahui lebih luas tentang program-program Dompet Dhuafa Pendidikan.  

Dia pun menuturkan, semakin banyak yang terlibat, baik itu dari masyarakat, kerja sama perusahaan, ataupun pemerintah yang bersinergi dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Terutama kualitas pendidikan di daerah-daerah pelosok yang menjadi fokus program Sekolah Literasi Indonesia (SLI).

Sebelum perjanjian kerja sama ditandatangani kedua belah pihak, Direktur Operasional PT Republika Media Mandiri, Arys Hilman, menjelaskan kondisi terkini Republika dan Republika.co.id. "Kredibilitas media online yang juga memiliki media cetak akan lebih akurat," ujarnya.

Bentuk kerja sama yang digagas secara umum terkait pemberitaan. Dompet Dhuafa Pendidikan akan menyampaikan berita-berita pendidikan program SLI dari seluruh Tanah Air kepada Republika.co.id. Menurut Syafi'ie, berita terkait program SLI menarik untuk diangkat. Seperti, kisah perjuangan anak-anak Suku Akit di pedalaman Meranti, Riau, dalam memperoleh pendidikan.

Dia mengatakan lokasi anak-anak Suku Akit sangat terpencil. Tidak ada akses pendidikan. Banyak warga Meranti yang sudah mencapai usia 20 tahun tetapi belum pernah sama sekali mengenyam pendidikan.

Ada pula anak-anak Suku Bajo, di Flores, Nusa Tenggara Timur. Kisah bagaimana mereka bisa mengakses pendidikan yang sama dengan anak-anak lain di tengah kearifan lokal. Mereka mengikuti tradisi nenek moyangnya sebagai pelaut yang harus melaut selama berbulan-bulan.

Menurut Syafi'ie, program SLI bukan hanya milik Dompet Dhuafa, tetapi juga milik bersama. "Dengan demikian, siapapun yang peduli dengan pendidikan, bisa bergandengan dengan Dompet Dhuafa untuk memberikan akses layanan pendidikan berkualitas bagi masyarakat marginal di daerah-daerah pelosok di Indonesia," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement