Jumat 21 Dec 2018 09:02 WIB

Student Loan Dinilai Efektif Dongkrak APK Pendidikan Tinggi

Hanya 8,15 persen dari total penduduk usia 15 tahun ke atas yang ke perguruan tinggi

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Esthi Maharani
Mahasiswa belajar di kampus.
Foto: dok Republika
Mahasiswa belajar di kampus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Student loan atau skema pinjaman terkait biaya pendidikan tinggi yang dibayar setelah mahasiswa lulus dari perguruan tinggi dinilai efektif meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi. Terlebih berdasar pada riset HarukaEDU, sebanyak 79 persen lulusan sekolah menegah yang bekerja, tertarik melanjutkan kuliah namun 66 persen diantaranya mengeluhkan biaya.

Hasil temuan Badan Pusat Statistik (BPS) juga mempertegas bahwa pada tahun ajaran 2014/2015 hanya 8,15 persen dari total penduduk usia 15 tahun ke atas yang berhasil menyelesaikan pendidikannya ke perguruan tinggi.

Untuk itu, CEO HarukaEDU Novistiar Rustandi menggandeng BFI Finance untuk membuat suatu produk pendidikan yang menawarkan pembiayaan pendidikan atau Studen Loan. Di mana mahasiswa dapat menyicil biaya kuliah yang berlangsung secara blanded learning (paduan antara sistem belajar daring dan tatap muka) lewat platform Pintaria.

“Nama produk kita BFI Education, yang mana kita tidak hanya melayani pendidikan formal namun juga informal seperti kursus menjahit, memasak, atau sertifikasi profesi,” kata Novistiar, Jumat (21/12).

Dia mengatakan hingga kini sudah ada sembilan universitas di Jakarta dan Bandung yang bermitra dengan Pintaria. Seperti di antaranya Universitas Al-Azhar Indonesia, Universitas Sahid, Universitas MH Thamrin, Ukrida, London School of Public Relations, STM Labora.

Ke depan, lanjut dia, pihaknya akan terus berusaha untuk meningkatkan jumlah perguruan tinggi mitra. Namun memang kerja sama ini ada konsekuensinya yaitu perguruan tinggi berkenan menurunkan biaya kuliahnya hingga 50 persen.

“Kenapa jadi murah? Karena kalau perguruan tinggi mahasiswanya bertambah, maka kelasnya juga harus bertambah. Otomatis harus membeli tanah baru, kalau platform daring tidak harus ada kelas fisik,” ungkap dia.

Sementara itu, Business Devopment Head BFI Finance Yefta Bramiana menilai konsep pembelajaran dengan blanded learning efektif untuk menggaet para lulusan sekolah menengah yang saat ini sedang sibuk di dunia kerja. Sehingga perkuliahan tidak harus dilakukan dengan datang ke kampus setiap hari.

Adapun terkait syarat mengajukan student loan, Research & Develomlment unit Head BFI Finance Netta Prismawiyati menjelaskan, pelamar hanya akan diminta dokumen seperti KTP, PBB, KK, hingga bukti penghasilan. Sementara batas pengajuan cicilan yakni mulai dari Rp 2 hingga 40 juta dengan bunga cicilan tetap kompetitif.

“Jadi nanti kalau disetujui, pembiayaan ini tidak kami berikan langsung ke konsumen, agar tidak ke mana-mana, melainkan langsung ke sekolag atau platform daring seperti Pintaria,” jelas dia.

Terkait student loan, beberapa waktu lalu secara khusus Presiden Joko Widodo juga pernah mengusulkan agar perbankan mengeluarkan produk kredit pendidikan. Jokowi melontarkan ide ini dalam rapat terbatas yang membahas soal "Peningkatan Sumber Daya Manusia Indonesia" di Kantor Presiden.

"Dalam pertemuan dengan perbankan nasional, saya sudah menantang perbankan untuk mengeluarkan produk kredit pendidikan, atau kalau di Amerika dinamakan student loan," kata Jokowi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement