Senin 22 Oct 2018 16:58 WIB

Dompet Dhuafa Ajak NGOPI Tentang Ironi Sarjana Baru

Acara ini diharapkan dapat memetakan karir para sarjana baru lulusan perguruan tinggi

Talkshow Ngopi yang digelar Dompet Dhuafa Pendidikan.
Foto: Dompet Dhuafa
Talkshow Ngopi yang digelar Dompet Dhuafa Pendidikan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena banyaknya sarjana baru yang menjadi pengangguran intelek, tak urung mengundang keprihatinan berbagai pihak. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada tahun ini, hampir delapan persen dari 7 juta orang yang menganggur di Indonesia, pendidikan terakhirnya adalah sarjana. Hal ini menjadi ironi manakala negeri ini menumpukan harapan demikian besar pada para pemuda itu untuk memberikan kontribusi terbaiknya.     

Dompet Dhuafa Pendidikan (DDP), salah satu jejaring Dompet Dhuafa yang fokus pada peningkatan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia, merasa terpanggil untuk turut serta memberikan solusi atas permasalahan tersebut. Upaya ini dilakukan DDP dengan menghelat acara bertajuk NGOPI, singkatan dari Ngobrol Pendidikan Indonesia. NGOPI kali ini mengangkat tema “Revolusi Industri 4.0, Sarjana: Lahirnya Kaum Intelektual Atau Hanya Menambah Pasar Manusia Terdidik”.

Acara berformat talkshow ini dilaksanakan pada Jumat, 19 Oktober 2018. Sesuai namanya, acara ini pun digelar pada malam hari, suasana yang pas untuk menghirup kopi.  Acara dimulai pada pukul 18.30 WIB. Agar lebih menyesapi nuansa ngopi, salah satu coffee house di Tebet, Jakarta Selatan, dipilih untuk menjadi lokasi acara, yakni di Warunkomando Ropisbak Ghifari.

Sederet tokoh dan profesional di bidangnya telah diundang untuk menjadi narasumber NGOPI ini. Mereka adalah Bunyamin Maftuh, Direktur Karir dan Kompetensi SDM Kemenristekdikti; Dr. Arif Satria, SP, M.Si, Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB); Fadli Hari Purnomo, Plant &Engineering General manager PT. Astra Otoparts,Tbk, Winteq; Purwa Udiutomo, General Manager Sekolah Kepemimpinan Bangsa.

Dikutipdari siaran pers Dompet Dhuafa, Senin (22/10), narasumber talkshow ini cukup meliputi segenap pihak yang memiliki kewenangan dan kekuatan dalam pengembangan SDM. Hal dimaksudkan untuk mencapai tujuan dari perhelatan ini, yaitu untuk melakukan evaluasi terhadap kualitas pendidikan khususnya lulusan perguruan tinggi di Indonesia. Acara ini juga diharapkan dapat memetakan karir para sarjana baru lulusan perguruan tinggi, dan memprediksi bagaimana masa depan kualitas SDM lulusan perguruan tinggi di masa mendatang.

Kehadiran narasumber dari berbagai latar belakang tersebut juga dimaksudkan untuk membangun sinergi antara pemerintah, institusi pendidikan, perusahaan, juga NGO. Sinergi ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa kelak.

Berbicara tentang peningkatan kualitas SDM, DDP sendiri sudah melaksanakan berbagai program dengan tujuan tersebut. Salah satunya adalah Beastudi Etos. Melalui program ini, DDP memberikan beasiswa kepada mahasiswa berprestasi namun memiliki keterbatasan ekonomi. Selain itu, juga membekali mereka dengan pembinaan secara intensif. Materi yang diberikan adalah pengembangan diri dan pembangunan karakter.

Program Beastudi Etos ini telah berjalan selama 15 tahun, di 20 kampus ternama di Indonesia, dan sudah memberikan kebermanfaatan kepada 2.169 mahasiswa. Selain Beastudi Etos, DDP juga menggulirkan banyak program beasiswa lain. Semua penerima manfaat program beasiswa tersebut juga mendapatkan pembinaan secara intensif, agar saat lulus kuliah nanti mereka tidak menambah banyaknya pengangguran bergelar sarjana di negeri ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement