Kamis 04 Oct 2018 11:07 WIB

Arief Rahman: Pemerintah Harus Evaluasi Kompetensi Guru

Perlu evaluasi kompetensi akademis, pedagogi, kompetensi metodologi dan jasmani guru

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Esthi Maharani
Arief Rachman
Arief Rachman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persoalan guru dinilai begitu kompleks. Apalagi dengan total hampir 3 juta guru, masalah seperti kesejahteraan dan kompetensi guru masih menjadi PR utama bangsa.

Ketua Harian Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO Prof Arief Rahman meminta pemerintah untuk mengevaluasi kompetensi guru. Mulai dari evaluasi kompetensi akademis, pedagogi, kompetensi metodologi dan jasmani guru.

"Empat kompetensi itu kan harus dimiliki oleh semua guru, sehingga pemerintah harus evaluasi apakah guru-guru kita sudah menguasai empat kompetensi itu?" kata Prof Arief ketika dihubungi Republika, Kamis (4/10).

(Baca: Kemendikbud akan Fokus Tingkatkan Pedagogi Guru)

Dia menerangkan, dari sisi akademis pemerintah wajib melihat apakah pengetahuan akademik para guru sudah mumpuni atau belum. Lalu terkait kompetensi pedagogi juga perlu diukur dari ilmu mendidik para guru.

Begitupun untuk mengetahui kompetensi metodologi guru, kata Arief, pemerintah harus mengukur apakah cara mengajar seorang guru sudah menarik dan sesuai dengan lembaga pendidikan yang diajar oleh guru tersebut atau belum.

"Itu semua harus dipotret oleh Kemendikbud dan Kemenristekdikti. Dan potret itu harus dijadikan perbaikan ke depan," tegas Arief.

Sementara itu sebelumnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan fokus  meningkatkan kompetensi guru dalam strategi pembelajaran atau pedagogi. Setelah pembagian zonasi, nantinya peningkatan kompetensi guru juga akan di amanatkan pada Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) setiap zona.

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Supriano mengatakan, peningkatan kompetensi guru itu penting dilakukan untuk memperkuat kualitas pendidikan di setiap zona.

"Misalnya zona itu ada masalah di matematika di geometrinya, jadi guru ini lebih fokus pada peningkatan proses pembelajaran di kelas. Bagaimana caranya melalui MGMP mendiskusikan masalah itu," kata Supriano.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement