Kamis 20 Sep 2018 01:53 WIB

Sekolah Bantah Tahan Honor Penari Ratoeh Jaro

Sejak awal sekolah dan siswa sepakat tidak ada pembicaraan soal honor.

Penari membawakan tari Ratoeh Jaro saat Pembukaan Asian Games ke-18 Tahun 2018 di Stadion Utama GBK, Senayan, Jakarta, Sabtu (18/8).
Foto: Antara/Inasgoc/Rosa Panggabean
Penari membawakan tari Ratoeh Jaro saat Pembukaan Asian Games ke-18 Tahun 2018 di Stadion Utama GBK, Senayan, Jakarta, Sabtu (18/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- SMA Negeri 23 dan SMA Negeri 78 Jakarta Barat membantah kompensasi pemberian Inasgoc sebagai uang honor untuk para murid yang menjadi penari Tari Ratoeh Jaro pada pembukaan Asian Games 2018. Menurut sekolah, sejak awal kegiatan sebagai penari bersifat sukarela.

"Istilah honor itu tidak ada, yang benar adalah kompensasi atau apresiasi. Dari uang itu, kami disuruh mengelola untuk persiapan Asian Games sampai selesai," ujar Wakil Bidang Kesiswaan SMAN 78 Jakarta Barat Zainuddin di Jakarta, Rabu (19/9).

Zainuddin mengatakan, sekolah sejak awal meniatkan seluruh kegiatan yang diikuti murid dan sekolah dilakukan secara sukarela. Sehingga menurutnya, pemberitaan mengenai sekolah menahan honor yang menjadi hak para murid penari Ratoeh Jaro tidak benar. "Saya tidak sepakat itu dibilang honor, karena dari awal semua dilakukan secara sukarela, tidak pernah ada pembicaraan soal honor."

Kompensasi tersebut sudah dibahas dengan perwakilan beberapa sekolah yang terlibat dalam pelaksanaan Tari Ratoeh Jaro. Mereka sepakat tidak mengurangi nilai kompensasi Inasgoc kepada para peserta.

Kompensasi yang diberikan Inasgoc sejumlah Rp 200 ribu per hari selama latihan di Gelora Bung Karno Jakarta Pusat. Kompensasi tersebut diberikan Inasgoc lewat pennyelenggara acara Lima Arus dan baru diterima sekolah pada Selasa.

Uang kompensasi tersebut dikelola sekolah untuk konsumsi dan transportasi para penari yang berlatih selama 13 hari. Sementara itu, perihal uang kompensasi juga telah dibahas dengan perwakilan siswa dengan keputusan sebagian menginginkan kompensasi berupa pembuatan tas pinggang, namun sebagian menginginkan kompensasi dalam bentuk uang.

Menanggapi hal tersebut, Zainuddin mengatakan keputusan mencairkan uang kompensasi cukup disayangkan. Karena tidak dapat diwujudkan dalam bentuk barang kenang-kenangan namun dirinya juga tidak menolak.

"Tidak masalah, kalau mereka mau nanti bisa dicairkan. Kami dan sejumlah sekolah lain sudah sepakat tidak akan mengurangi nilai (uang) kompensasi dari Inasgoc untuk murid-murid," tegasnya.

Senada halnya dengan Wakil Bidang Kesiswaan SMAN 23 Jakarta, Edi Susilo mengaku kaget dengan pemberitaan soal sekolah yang menahan honor siswanya penari Ratoh Jaroe saat pembukaan Asian Games 2018. Edi mengatakan, pihak Lima Arus memang telah melakukan kesepakatan dengan para siswi dan pihak sekolah terkait uang yang akan diberikan.

Namun, ia menyebut uang tersebut bukanlah uang honor, melainkan uang operasional selama para siswi berlatih menjelang Asian Games. "Memang ada perjanjian kita akan dikirim uang selama tiga kali. Namun di dalam perjanjian itu sama sekali tidak ada kata-kata honor, hanya operasional," ujarnya.

Edi tak merinci berapa jumlah uang yang diterima, namun kompensasi tersebut digunakannya untuk akomodasi para siswanya selama 12 kali berlatih di GBK plus satu kali tampil saat pembukaan Asian Games. "Buat menyewa bus saja sekitar lima juta keluar. Kami pakai dua bus dan itu harus bus yang sesuai standar mereka, tidak bisa bus sembarangan. Belum lagi buat snack dan minum anak-anak. Itu semua kita pakai uang operasional," sambungnya.

Tak hanya sekolahnya saja yang belum memberikan sisa uang operasional kepada para penari, Edi mengatakan 17 SMA lainnya belum memberikan sisa uang operasionalnya. Adapun 17 SMA lain di Jakarta yang muridnya terlibat dalam tarian Ratoh Jaroe yakni SMA 70, SMA 6, SMA 3, SMA 71, SMA 82, SMA 66, SMA 4, SMA 68, SMA 78, SMA 49, SMA 34, SMA 48, SMA 90, SMA 46, SMA 24, SMA Angkasa I Halim dan SMA Dian Didaktika.

Di kesempatan berbeda, Direktur  Media dan Hubungan Masyarakat Inasgoc Ratna Irsana menyatakan kompensasi sudah dibayarkan melalui penyelenggara acara kepada sekolah yang berpartisipasi Tari Ratoeh Jaro. "Inasgoc membayar lewat EO ke sekolah. Dari EO sudah membayar lunas dan kami punya semua dokumen dan bukti transfernya. Satu anak mendapat 15 dolar Amerika Serikat atau Rp 200 sekali latihan. Latihan 15 kali, jadi sekitar Rp 3 juta per anak," jelasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement