Kamis 03 May 2018 09:57 WIB

Pendidikan Karakter yang Kuat Fondasi Pendidikan

Penguatan karakter menjadi salah satu program prioritas pemerintah.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengimplementasikan penguatan karakter penerus bangsa melalui gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang digulirkan sejak 2016.
Foto: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengimplementasikan penguatan karakter penerus bangsa melalui gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang digulirkan sejak 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- SMK Negeri 1 Kota Sorong menjadi sekolah rujukan keempat nasional. Kepala sekolah SMK Negeri 1 Kota Sorong Walalayo Nikolas bercerita sekolahnya diseleksi bersama 1.650 sekolah kejuruan di Indonesia. Setelah proses yang panjang akhirnya SMK N 1 Kota Sorong masuk sebagai lima besar sekolah rujukan nasional dan nomor 1 di Papua Barat.

"Kami bisa mencapai prestasi karena SMK N 1 Sorong menerapkan program PPK (Penguatan Pendidikan Karakter)," ujar Walalayo.

   

Di ujung barat Indonesia, SMK Negeri 1 Banda Aceh menerapkan PPK sejak 2006. Setiap pagi, Kepala Sekolah Salma dan seluruh guru SMK N 1 Banda Aceh selalu berdiri di depan gerbang sekolah menunggu kedatangan anak didiknya dilanjutkan dengan bersalaman dengan murid yang baru tiba.

Tidak lupa mereka menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan gotong royong dan kerja bakti yang selalu dilakukan siswa pada Sabtu dengan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah.

Penguatan karakter menjadi salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Dalam nawacita disebutkan pemerintah  melakukan revolusi karakter bangsa. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengimplementasikan penguatan karakter penerus bangsa melalui gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang digulirkan sejak 2016.

photo
SMK Negeri 1 Kota Sorong, Papua Barat. (Foto: Kemendikbud)

“Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter sebagai pondasi dan ruh utama pendidikan,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy.

 

Tak hanya olah pikir (literasi), PPK mendorong pendidikan nasional kembali memperhatikan olah hati (etik dan spiritual) olah rasa (estetik), dan juga olah raga (kinestetik). Keempat dimensi pendidikan ini hendaknya dapat dilakukan secara utuh-menyeluruh dan serentak. Integrasi proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler di sekolah dapat dilaksanakan dengan berbasis pada pengembangan budaya sekolah maupun melalui kolaborasi dengan komunitas-komunitas di luar lingkungan pendidikan.

 

Terdapat lima nilai karakter utama yang bersumber dari Pancasila, yang penjadi pengembangan gerakan PPK, yaitu nilai religius, nasionalisme, integritas, kemandirian dan kegotong-royongan. "PPK ini merupakan pintu masuk melakukan pembenahan secara menyeluruh terhadap pendidikan kita," ujar mendikbud

 

"Prinsipnya, manajemen berbasis sekolah, lalu lebih banyak melibatkan siswa pada aktivitas daripada metode ceramah, kemudian kurikulum berbasis luas atau broad based curriculum yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber belajar," ujar mendikbud.

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) akan diberlakukan di seluruh sekolah pada 2019, sedangkan saat ini masih diujicobakan di 23 ribu sekolah. Menteri Muhadjir mengatakan tahun depan jumlah sekolah menerapkan PPK ditambah menjadi 26 ribu lembaga dan 2019 akan diberlakukan di semua sekolah.

PPK mendorong sinergi tiga pusat pendidikan, yaitu sekolah, keluarga (orang tua), serta komunitas (masyarakat) agar dapat membentuk suatu ekosistem pendidikan.

 

Menurut mendikbud, selama ini ketiga seakan berjalan sendiri-sendiri, padahal jika bersinergi dapat menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Menurutnya, kunci kesuksesan pendidikan karakter terletak pada peran guru.

Sebagaimana ajaran Ki Hajar Dewantara, “ing ngarso sung tuladho, ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani”, maka seorang guru idealnya memiliki kedekatan dengan anak didiknya. Guru hendaknya dapat melekat dengan anak didiknya sehingga dapat mengetahui perkembangan anak didiknya. Tidak hanya dimensi intelektualitas saja, namun juga kepribadian setiap anak didiknya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement