Rabu 02 May 2018 13:19 WIB

Mendikbud Ungkap Cara Hadapi Revolusi 4.0 di Pendidikan

Peserta didik diharapkan memiliki kemampuan berpikir kritis

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Muhammad Hafil
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sabtu (28/4).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sabtu (28/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Hadirnya revolusi industri 4.0 membuat dunia kini mengalami perubahan yang semakin cepat dan kompetitif. Untuk menghadapi itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menilai perlu merevisi kurikulum dengan menambahkan lima kompetensi.

Muhadjir menjelaskan, pertama diharapkan peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis. Kedua, diharapkan peserta didik memiliki kreatifitas dan memiliki kemampuan yang inovatif.

Muhadjir menambahkan, perlu adanya kemampuan dan keterampilan berkomunikasi yang dimiliki peserta didik. Keempat bekerjasama dan berkolaborasi. Terakhir, diharapkan peserta didik memiliki kepercayaan diri.

"Jadi ini adalah modal yang sangat dibutuhkan untuk kita masuk abad 21 dan menguasai akan bergaul dlm industri 4.0," ujar Muhadjir, Rabu (2/5).

Selain itu, menanggapi perkembangan zaman yang memasuki Revolusi Industri 4.0 yang bertumpu pada cyber-physical system, Muhadjir juga mengajak para pelaku pendidikan dan kebudayaan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut.

Reformasi sekolah, peningkatan kapasitas, dan profesionalisme guru, kurikulum yang dinamis, sarana dan prasarana yang andal, serta teknologi pembelajaran yang muktakhir menjadi keniscayaan pendidikan kita, ungkapnya.

Sebelumnya, dalam pidatonya, Muhadjir mengatakan kecepatan dan ketepatan menjadi kunci dalam menghadapi perubahan tersebut. Oleh karena itu , menurutnya mau tidak mau dunia pendidikan dan kebudayaan harus terus menerus menyesuaikan dengan diamika yang ada.

"Cara lama tak mungkin lagi diterapkan untuk menanggapi tantangan eksternal. Cara-cara baru perlu diciptakan dan dimanfaatkan," tuturnya. 

 

Istilah revolusi industri 4.0 pernah dijelaskan oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartato. Dia menjelaskan revolusi industri ini dimulai sejak zaman pemerintahan Hindia-Belanda. Saat itu, revolusi industri pertama hadir dalam konteks steam engine atau mesin uap.

Kemudian revolusi industri kedua pada saat otomotif general fort mebuat line production Indonesia masih hinda-Belanda. Sedangkan  revolusi industri ketiga diawali di tahun 90-an itu dengan mulai otomatisasi dan pada watu itu terjadi globalisasi.

Kemudian, Airlangga mengatakan pada saat itu, globalisasi yang dikhawatirkan adalah lahirnya digitalisasi. Dalam rapat APEC tahun 90-an, disebutkan bahwa globalisasi untuk ASEAN bakal dimulai di tahun 2020.

Saat ini yang namanya revolusi industri ke 4 dimulai dengan revolusi internet yang dimulai pada tahun 90-an, nah tahun 90-an belum tahu kalau internet efeknya akan seperti hari ini. Hari ini seluruh negara di dunia baru melihat apa efek dari Internet of things," katanya.

Lebih lanjut Airlangga mengungkapkan bahwa pemanfaatan Internet of things ini pertama kali dilakukan oleh Jerman. Jerman pula lah yang mengglobalkan istilah industri 4.0.

Istilah revolusi industri 4.0 pernah dijelaskan oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartato. Dia menjelaskan revolusi industri ini dimulai sejak zaman pemerintahan Hindia-Belanda. Saat itu, revolusi industri pertama hadir dalam konteks steam engine atau mesin uap.

Kemudian revolusi industri kedua pada saat otomotif general fort mebuat line production Indonesia masih hinda-Belanda. Sedangkan  revolusi industri ketiga diawali di tahun 90-an itu dengan mulai otomatisasi dan pada watu itu terjadi globalisasi.

Kemudian, Airlangga mengatakan pada saat itu, globalisasi yang dikhawatirkan adalah lahirnya digitalisasi. Dalam rapat APEC tahun 90-an, disebutkan bahwa globalisasi untuk ASEAN bakal dimulai di tahun 2020.

"Saat ini yang namanya revolusi industri ke 4 dimulai dengan revolusi internet yang dimulai pada tahun 90-an, nah tahun 90-an belum tahu kalau internet efeknya akan seperti hari ini. Hari ini seluruh negara di dunia baru melihat apa efek dari internet of things," katanya.

Lebih lanjut Airlangga mengungkapkan bahwa pemanfaatan Internet of things ini pertama kali dilakukan oleh Jerman. Jerman pula lah yang mengglobalkan istilah industri 4.0.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement