Selasa 24 Apr 2018 18:51 WIB

Kepala Sekolah Didorong Jadi Pelopor Perubahan Pendidikan

Sistem pembelajaran saat ini membuat murid tidak otonom

Rep: Eric Iskandarsjah/ Red: Fernan Rahadi
Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal.
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sistem pendidikan sekolah dasar (SD) di Indonesia dinilai kurang optimal. Hal ini pun kemudian mendorong pendiri gerakan sekolah menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal untuk melakukan perubahan yang melibatkan kepala sekolah.

Ia menilai, saat ini sudah saatnya sekolah itu tidak membunuh talenta dan kreativitas manusia. Artinya, sekolah harus mendidik dengan cara-cara yang lebih adapttif terhadap kodrat-kodrat manusia. "Hal pertama yang harus dilakukan adalah perubahan paradigma," ujar Rizal usai menjad pemateri dalam workshop bertema membangun pendidikan yang bernalar dan penguatan karakter melalui GSM yang digelar oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sleman pada Senin (23/4).

Paradigma yang ia maksud ialah paradigma terkait dunia kerja yang berubah seiring dengan adanya revolusi industri 4.0. Rizal menilai, dalam revolusi industri itu membutuhkan tenaga kerja dengan kompetensi baru. Namun, kompetensi baru itu belum terfasilitasi dalam sistem pembelajaran Indonesia saat ini.

Untuk membangun kompetensi yang dibutuhkan dalam revolusi industri 4.0, lanjutnya, dibutuhkan nalar dan kreativitas. "Nalar dan kreativitas tidak akan tumbuh dalam sistem pembelajaran yang membunuh kreativitas itu sendiri," kata dia dalam kegiatan yang diikuti oleh sekitar 40 kepala sekolah SD negeri di Sleman.

Selain itu, ia juga menilai bahwa sistem pembelajaran saat ini membuat murid tidak otonom atau terlalu terdikte, baik dari sisi pembelajara, kurikulum serta lingkungannya. Sehingga, anak cenderung tidak mampu menemukan caranya sendiri dalam menyelesaikan sebuah persoalan. Ia menilai, sistem yang mendikte murid ini otomatis akan menumpulkan kreativitas dari murid tersebut.

Oleh karena itu, ia berharap kepala sekolah dapat memberikan intervensi secara langsung terhadap sistem pembelajaran di sekolah. Pertama, lanjut Rizal, intervensi itu dapat diwujudkan melalui penciptaan lingkungan sekolah yang menyenangkan, baik dari sisi suasana di dalam kelas maupun dari sisi interaksi sosial antara guru dan murid.

"Kedua, kepala sekolah dapat menciptakan metode pembelajaran yang lebih otentik yang menjawab persoalan-persoalan, bukan hafalan. Sehingga logika si anak dapat lebih berkembang dan siswa akan memiliki kreativitas," ucapnya.

Dari sini, ia pun mendorong agar kepala sekolah dapat turut aktif berperan dalam melakukan perubahan sistem pendidikan di Indonesia. Ia pun yakin, sebenarnya selruh kepala sekolah dan guru memiliki kapasitas untuk melakukan perubahan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement