Senin 11 Sep 2017 18:46 WIB

Badan Bahasa Gelar Seminar Kesusastraan Asia Tenggara

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Ratna Puspita
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Dadang Sunendar
Foto: Republika/Edi Yusuf
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Dadang Sunendar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Pengembangan dan Pelindungan Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggelar Seminar antarbangsa Kesusastraan Asia Tenggara (SAKAT) 2017. Seminar yang digelar selama dua hari di Jakarta itu membahas tema Teori dan Kritik Sastra Loka (Sastra Tempaan).

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Dadang Sunendar menyebut dunia internasional menjadikan sastra Asia Tenggara salah satu yang terbaik di dunia. "Produk dan karya yang dihasilkan, salah satu yang memiliki taraf internasional," kata dia salam pembukaan Sidang Ke-23 Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) di Jakarta, Senin (11/9).

Kendati demikian, ia menyebut belum ada satrawan Indonesia yang pernah meraih nobel sastra. Ia berharap kegiatan Mastera dapat menggugah mata dunia untuk lebih menoleh ke wilayah Asia. Dadang menginginkan ada gagasan untuk mendorong masyarakat Asia Tenggara lebih berkreasi.

Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Hurip Danu Ismadi menjelaskan MASTERA merupakan seminar antarbangsa ihwal bagaimana mengeksplorasi karya sastra di Asia Tenggara.

Ia menyebut kegiatan ini menjadi ajang bagaimana karya sastra lokal masing-masing daerah dapat menjadi pijakan para sastrawan dunia. “Ini adalah salah satu petemuan sastrawan Asia Tenggara, karya mereka dipertemukan,” tutur Danu.

Ia mengatakan upaya untuk membangkitkan kembali geliat karya sastra yakni dengan mereproduksi yang pernah ada. Sebab, menurutnya karya sastra yang ada saat ini sudah mengalami perkembangan luar biasa.

Danu menilai Balai Pustaka harus mulai berbenah, artinya yang dulu menjadi penerbit karya sastra, harus menjadi penerbitan karya sastra. “Balai Pustaka yang harus sesuaikan dengan perkembangan yang ada. Balai merespon perkembangan yang muncul,” jelasnya.

Danu menyebut karya sastra Indonesia memberi pengaruh pada sastra di Asia Tenggara. ia mencontohkan sejumlah sastrawan Indonesia kerap diundang menjadi pembicara di kawasan Asia Tenggara, seperti Agus Sarjono, Suminto, A. Sayuti, Goenawan Mohamad.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menyebut karya sastra di Asia Tenggara memiliki persamaan. Kendati, negara-negara itu memiliki budaya dan sejarah yang berbeda. “Pemahanan yang kuat jadikan keharmonisan bangsa Asia Tenggara,” kata dia dalam sambutan yang dibacakan Kepala Badan Bahasa.

Ia meyakini tema Teori dan Kritis Sastra Loka dapat menggeliatkan pemahaman sastra lintas budaya. Selain itu, ajang ini juga menjadi pengikat kokoh antarbangsa Asia Tenggara. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement