Rabu 04 Jan 2017 09:10 WIB

DPR: Kemendikbud Miliki Beban Berat Wujudkan Keberhasilan Nawacita

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Bayu Hermawan
Anggota Komisi X Fikri Faqih.
Foto: Antara
Anggota Komisi X Fikri Faqih.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi X DPR RI Fikri Faqih berharap kualitas pendidikan Indonesia di 2017 membaik. Harapan tersebut khususnya disampaikan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang memiliki tugas, pokok dan fungsi (Tupoksi) merumuskan kebijakan sedari dini, yaitu wajib belajar 12 tahun.

Fikri menilai, Kemendikbud memiliki beban lebih berat. Karena di usia SD hingga SMA/SMK, adalah masa emas seorang siswa tersebut dididik. "Jika kualitas di level ini membaik, maka jenjang setelahnya, baik di level perguruan tinggi maupun di dunia kerja, akan semakin mudah. Indikator keberhasilan Nawacita dapat tercermin di level ini," ujarnya, Selasa (3/1).

Dalam visi Nawacita atau sembilan agenda prioritas pembangunan nasional, pemerintahan Jokowi-JK memiliki fokus kerja untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia. Rumusan implementasi dari visi tersebut, tertuang dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2015-2019 di mana pembangunan pendidikan Indonesia dalam periode tersebut ditujukan untuk peningkatan daya saing global.

Fikri berharap di 2017 tidak banyak lagi persoalan politik yang menganggu kinerja pendidikan, seperti reshuffle kabinet. Oleh karena itu, pergantian kepemimpinan berkonsekuensi pada pergantian kebijakan di tataran riil. Padahal, kata Fikri, dunia pendidikan sejatinya bukanlah dunia coba-coba. Semua harus dirumuskan dengan bijaksana berdasarkan data.

Dalam Survei Programme International Student Assessment (PISA) yang dirilis terakhir tahun 2015, pendidikan Indonesia mengalami peningkatan enam peringkat, yaitu dari 71 ke 64 dibandingkan 2012.

Survei ini dilakukan di 72 negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), yang melihat kemampuan membaca, sains, dan matematika pada anak yang berusia 15 tahun dengan dipilih secara acak. Hasilnya, kemampuan membaca naik 10 poin, sains 32 poin, dan matematika 17 poin.

Politikus dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini mengatakan membaiknya peringkat dunia tersebut tentu masih perlu digenjot. Singapura menjadi negara di ASEAN yang menempati urutan pertama survei PISA. Bahkan, mengalahkan Inggris, Jerman, Belanda.

"Tentu, jika Indonesia ingin maju, maka mau tidak mau tiga kompetensi dasar tersebut harus terus ditingkatkan melalui perencanaan kebijakan yang matang di level kementerian," katanya.

Fikri menilai momentum perbaikan pendidikan tanah air 2017, dapat dimulai dari perbaikan pengambilan keputusan kebijakan. Fikri berharap ke depan, apapun kebijakan yang diambil oleh Mendikbud sejatinya dapat dibahas terlebih dahulu secara matang, baik di internal kabinet maupun kepada mitra Komisi X DPR RI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement