Sabtu 20 Aug 2016 02:35 WIB

Pendidikan Keluarga Jadi Tren Masa Kini

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Andi Nur Aminah
Pendidikan keluarga (ilustrasi)
Pendidikan keluarga (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsep pendidikan keluarga menjadi  tren masa kini yang sangat dibutuhkan. Untuk itu, ini menjadi perhatian utama pemerintah di berbagai negara termasuk Indonesia.

“Bila di Indonesia konsep pendidikan keluarga ini baru diterapkan pada 2015 lalu dengan dibentuknya Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, maka di negara-negara lain, konsep pendidikan keluarga sudah diterapkan dalam lima hingga 10 tahun terakhir ini,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Dirjen PAUD-Dikmas), Harris Iskandar seperti dikutip laman Wil Sabtu (20/8).

Menurut Harris, munculnya konsep pendidikan keluarga ini merupakan respons atas globalisasi. Dalam hal ini terutama atas derasnya arus informasi yang menembus batas ruang dan waktu. Hal ini terbukti dengan adanya pornografi yang berhasil masuk ke kamar anak tanpa diketahui orang tua.

Dengan kondisi demikian, pendidikan keluarga menjadi salah satu upaya pemerintah untuk meninjau kembali sistem pendidikan. Menurut dia, ada sesuatu yang hilang dalam pendidikan nasional, yakni hilangnya karakter. “Karakter, menurut  Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan kita, bukan ditanam dan dibangun dari luar, tetap ditumbuhkan, sebab pada dasarnya  semua anak sudah mempunyai kodratnya masing-masing,“ lanjutnya.

Agar bisa menumbuhkannya, dia menilai, perlu dibangun sinergisitas trisentra pendidikan, yakni di sekolah,  keluarga dan di masyarakat sebagai suatu ekosistem pendidikan. Menurut dia, trisentra pendidikan itu jangan sampai saling bertabrakan dan bertentangan. “Contohnya, guru mengajarkan, bahwa merokok itu tidak baik, tapi di rumah orang tuanya merokok, itu akan membingungkan anak, sehingga karakternya tidak terbentuk,” terang Harris.

Melalui pendidikan keluarga, dia berharap orang tua, guru dan masyarakat bisa mewujudkan ekosistem yang saling berinteraksi. Kemudian ekosistem yang bisa saling berkomunikasi, bertukar pengetahuan dan pengalaman juga. Dengan demikian persamaan persepsi antara guru, orang tua, dan masyarakat dalam hal mendidik anak bisa terbentuk baik.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement