Selasa 10 Nov 2015 16:51 WIB

Ke Luar Angkasa Lewat Mobile Planetarium

Meneropong bulan di planetarium
Foto:

Dia berharap, kehadiran mobile planetarium ini dapat menumbuhkan calon-calon astronaut, meneruskan prestasi Pratiwi Sudarmono, astronaut Indonesia yang nyaris berangkat ke luar angkasa sebagai bagian dalam misi Wahana Antariksa NASA. Sayangnya, misi itu dibatalkan karena meledaknya pesawat ulang alik Challenger yang membuat program pesawat ulang alik Amerika dihentikan sementara, termasuk misi yang diikuti Pratiwi.

Salah satu kendala dalam menyediakan mobile planetarium adalah barang-barang yang harus diimpor. Mobile planetarium milik IMI adalah hasil impor dari negara-negara, seperti AS, Australia, dan India. Di negara maju, mobile planetarium telah dipakai untuk alat peraga pendidikan sejak dua dekade silam.

Film untuk planetarium juga harus diimpor. Menurut Firly, satu film bisa menelan biaya minimal ribuan dolar. Ke depannya, IMI berniat membuat film untuk planetarium sendiri lewat bekerja sama dengan lulusan Seni Rupa ITB yang bisa membuat film full dome. Khusus untuk film produksi sendiri, tema yang diangkat tidak hanya astronomi, tetapi ilmu lain yang dekat dengan Indonesia, yakni maritim.

"Planetarium bisa memutar film apa saja, yang penting formatnya memang untuk dome. Kami ingin membuat film marine biology, jadi masuk planetarium, seperti berada di bawah laut," papar dia.

IMI juga membuat sebuah Lab in A Box (LAB), kotak berisi laboratorium praktis yang bahan-bahannya bisa didapat dari rumah, misalnya, cuka untuk asam nitrat. LAB yang masih dalam bentuk prototipe itu dibuat bekerja sama dengan desainer produk ITB. Laboratorium mini ini dirancang sekeren mungkin saat dibuka agar anak tak sabar bereksperimen.

"Jadi, tidak seperti kardus," katanya.

Isi dari lab tidak disesuaikan dengan kurikulum sekolah. Yang pasti, setiap anak dapat memanfaatkannya untuk bereksperimen dalam sains. IMI berharap, LAB ini dapat menjadi solusi dari ketiadaan laboratorium di sekolah dasar negeri Indonesia. Menurut dia, tak ada SD di Indonesia yang sudah memiliki laboratorium. Sebagai perbandingan, Firly mengatakan,  biaya membangun laboratorium bisa berkali-kali lipat dari LAB yang harganya di bawah Rp 10 juta. Lab mini versi murah buatannya diharap dapat memberikan kesempatan pada anak-anak betapa asyiknya bereksperimen di laboratorium sejak kecil.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement