Jumat 22 Feb 2019 18:32 WIB

Pendidikan Agama di Sekolah tak Dibarengi Praktik Sosial

Dia menilai saat ini pendidikan agama hanya sebatas pada aspek kognitif.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah siswi belajar di ruang kelas di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). (ilustrasi)
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Sejumlah siswi belajar di ruang kelas di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pengamat Pendidikan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Endro Dwi Hatmanto mengatakan, pendidikan agama penting dilakukan di sekolah. Dia menilai saat ini pendidikan agama hanya sebatas pada aspek kognitif, tanpa dibarengi dengan praktik sosial.

Hal ini ia ungkapkan setelah adanya perbuatan tak pantas yang dilakukan siswa SMKN 3 Yogyakarta terhadap gurunya baru-baru ini. Ia menyebut perbuatan tersebut tidak dibenarkan dilakukan oleh siswa terhadap gurunya sendiri.

Baca Juga

Untuk itu, perlu adanya penanaman nilai-nilai agama dalam pendidikan karakter yang dilakukan. Yang mana juga dibarengi aksi-aksi moral terhadap lingkungannya.

"Saya juga merasakan pendidikan agama selama ini menitikberatkan pada aspek kognitif saja. Jadi ceramah keagamaan itu sifatnya lebih pada doktrinasi, dari pada membangun kesadaran moral," kata Endro kepada Republika.co.id, Jumat (22/2).

Menurutnya, di beberapa sekolah pendidikan agama yang diterapkan masih dalam bentuk teori. Sehingga, pada praktiknya, terutama dalam kehidupan sehari-hari tidak dijalankan sesuai dengan teori yang diberikan.

"(Pendidikan agama) Yang selama ini hanya menjadi teori. Diajarkan jujur, dicari ayatnya, dicari hadisnya. Tetapi mereka masih menyontek misalnya. Mereka harus diajak menelaah kehidupan sosial. Menggunakan critical thinking mereka," ujar Endro.

Sementara, pendidikan agama yang diselipkan dengan praktik akan membangun karakter anak menjadi lebih baik. "Moral action ini harus ditumbuhkan lagi dalam pembelajaran agama di sekolah," tambahnya.

Sebelumnya, siswa berinisial OS, kelas X, Jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR), SMKN 3 Yogyakarta terekam kamera mendorong dan menantang gurunya. Kejadian itu diawali karena siswa yang tidak terima dengan guru yang mengambil telfon genggam miliknya sebelum ulangan dilakukan.

Kepala Sekolah SKMN 3 Yogyakarta, Bujang Sabri mengatakan, masalah tersebut telah diselesaikan. Bahkan, siswa yang bersangkutan telah meminta maaf kepada gurunya yang bernama Sujiyanto. Walaupun begitu, sanksi tetap diberlakukan. Pembinaan melalui pendidikan karakter pun, juga akan dilakukan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement