Kamis 21 Feb 2019 22:45 WIB

IBF Berkontribusi Terhadap Ghirah Perbukuan Indonesia

Minat baca masyarakat Indonesia harus terus ditingkatkan.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah pengunjung saat menghadiri Islamic Book Fair (IBF) 2018 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Ahad (22/4).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah pengunjung saat menghadiri Islamic Book Fair (IBF) 2018 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Ahad (22/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islamic Book Fair (IBF) yang diselenggarakan setiap tahun dinilai telah berkontribusi terhadap ghirah perbukuan di Indonesia. Melalui IBF, minat baca masyarakat Indonesia harus terus ditingkatkan.

"IBF telah memberikan kontribusi positif terhadap gairah perbukuan di Indonesia, terutama di kalangan anak-anak muda," kata Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Muhammad Sulton Fatoni kepada Republika, Kamis (21/2).

 

KH Fatoni mengatakan, minat baca masyarakat Indonesia memang harus terus ditumbuhkan. Sebab kebesaran Muslim di Indonesia melalui proses pendidikan yang sifatnya praktis, bukan proses pembelajaran yang berbasis literasi.

Maka pemahaman keislaman yang bersifat praktis seperti di Indonesia butuh waktu untuk dikuatkan dengan cara memahami Islam dengan pendekatan literasi. Kehadiran IBF merupakan salah satu wujud nyata masyarakat Muslim Indonesia yang sudah mulai suka memahami Islam dengan pola pendekatan literasi.

"Dua-duanya (pendekatan praktis dan literasi) mempunyai kekuatan masing-masing, keduanya bukan saling melemahkan tapi saling menguatkan, memahami Islam itu memang ada dua pola (praktis dan literasi)," ujarnya.

Ia menjelaskan, pendekatan praktis kemudian dikuatkan atau dilengkapi dengan teori serta konsep yang berbasis literasi. Tapi memang ada pemahaman keislaman yang tidak bisa dilakukan dengan pendekatan praktis, melainkan harus dengan pendekatan teoritis (literasi), begitu pula sebaliknya karena ada wilayahnya masing-masing. Maka kehadiran IBF penting sebagai bagian dari proses penyempurnaan.

KH Fatoni juga menyarankan agar ada peningkatan kualitas penyelenggaraan IBF dengan menjangkau para penerbit buku Islam secara lebih luas. Terutama para penerbit yang konten bukunya bagus, tapi jaringan pemasarannya masih tradisional. Penerbit seperti itu perlu dirangkul dan diajak oleh IBF.

"IBF juga perlu memberikan ruang seluas-luasnya terhadap penulis yang secara personal sangat produktif dan populer, biasanya penulis seperti ini menghadirkan buku, namun tidak tertarik dengan upaya menonjolkan diri ke publik, jadi lebih menghadirkan karyanya daripada populeritas personalnya," jelasnya.

Menurutnya, IBF juga perlu membatasi buku-buku yang mempunyai konten-konten menggugat tradisi keislaman masyarakat Indonesia. Sebab buku-buku tersebut bukan membantu proses pendalaman literasi, tapi lebih pada proses gugatan terhadap pola berislam masyarakat Indonesia.

Sebagaimana diketahui, IBF tahun ini akan diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC) pada 27 Februari - 3 Maret 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement