Selasa 18 Dec 2018 06:34 WIB

BPPT Ungkap Deformasi Penyebab Tsunami Sulteng

Pergeseran sesar dengan cepat menyebabkan deformasi atau lima meter per detik.

(Ilustrasi) Dampak gempa dan tsunami beraktivitas di pantai Teluk Palu, Kampung Lere, Palu, Sulawesi Tengah.
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
(Ilustrasi) Dampak gempa dan tsunami beraktivitas di pantai Teluk Palu, Kampung Lere, Palu, Sulawesi Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Ahli gempa dan tsunami Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko mengungkapkan adanya deformasi vertikal dan horizontal hingga beberapa meter di dasar laut di sekitar Sulawesi Tengah. Ia mengatakan deformasi ini yang menjadi penyebab tsunami dan likuefaksi di Sulawesi Tengah.

Widjo Kongko saat dihubungi di Jakarta, Senin (17/12), mengatakan hasil survei yang dilakukan bersama peneliti  dari BPPT, lembaga penelitian lain dan akademisi di perairan Teluk Palu dan daratan Palu, Sigi dan Donggala menunjukkan adanya deformasi horizontal dan vertikal akibat pergeseran sesar. Dari hasil survei batimetri di Teluk Palu menunjukkan adanya penurunan signifikan di dasar laut.

Hal yang sama, menurut dia, juga terjadi di daratan. Ia mengatakan deformasi vertikal terjadi di dasar Teluk Palu mencapai 1-1,5 meter, sedangkan di daratan deformasi horizontal mencapai 5-6 meter. 

"Itu penyebab tsunami, tapi seberapa besar dampaknya sebenarnya masih harus dianalis lebih lanjut. Karena tsunami sebesar itu bisa karena gempanya, longsorannya atau likuifaksinya, ini masih dihitung rincinya," ujar kepala seksi Program dan Jasa Teknologi Balai Teknologi Infrastruktur dan Dinamika BPPT itu. 

Kendati demikian, dirinya mencoba menggambarkan bagaimana pergeseran sesar secara singkat bisa menyebabkan air seperti dikocok sampai menimbulkan tsunami hingga likuefaksi pada 28 September 2018 itu. Pergeseran sesar dengan cepat itu menyebabkan deformasi vertikal dan horizontal sejauh satu hingga 1,5 meter atau lima meter per detik. 

Hasil survei ini, menurut dia, juga telah disampaikan dalam pertemuan tahunan American Geophysical Union (AGU) di Washington DC, Amerika Serikat, pada 11 hingga 14 Desember 2018. AGU merupakan pertemuan terbesar para ilmuwan bumi dan luar angkasa.

Gempa 7,4 Skala Ricther (SR) yang berlanjut ke tsunami dan likuifaksi di Palu, Donggala dan Sigi menyebabkan lebih dari 2.000 nyawa hilang. Tercatat telah terjadi pergeseran di sesar mendatar Palu-Koro yang memicu tsunami yang membesar hingga 400 meter menerjang daratan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement