Selasa 18 Dec 2018 00:07 WIB

Era Industri 4.0, Guru Harus Bisa Berpikir Out of The Box

Orang tua serta guru harus dapat menyesuaikan diri.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Esthi Maharani
Seorang guru saat mengajar di sekolah (ilustrasi).
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Seorang guru saat mengajar di sekolah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Totok Suprayitno mengatakan para guru harus bisa memahami bahwa era telah berubah. Saat ini, dunia telah memasuki era industri 4.0 dan orang tua serta guru harus dapat menyesuaikan diri.

"Kita sebagai orang tua yang ditempa oleh industri 3.0, ditempa oleh kebiasaan abad 20 kemudian untuk berpikir 4.0 abad 21 barangkali ini perlu langkah luar biasa yang perlu kita lakukan," kata Totok, dalam Seminar Nasional Inovasi Kurikulum, Pembelajaran, dan Perbukuan dalam Menghadapi Era Industri 4.0, di Hotel Mercure Jakarta Kota, Senin (17/12).

Guru perlu belajar hal-hal baru yang berkaitan dengan perkembangan zaman. Selain itu, guru juga harus mampu berpikir di luar kebiasaannya agar dapat menyesuaikan diri dengan era yang ada. Guru yang aktif menambah ilmu dan menyesuaikan diri pada perkembangan zaman akan lebih mudah memberikan pengajaran kepada murid-muridnya.

Totok juga mengatakan, tidak menutup kemungkinan guru harus melepas apa yang biasa mereka lakukan apabila sudah tidak sesuai dengan zaman. Namun, guru mungkin juga mengembangkan apa yang biasa mereka lakukan agar dapat sesuai dengan perkembamgan.

"Jangan-jangan yang kita ketahui sudah tidak berlaku lagi untuk anak-anak kita. Oleh karena itu penting melakukan refleksi. Apa yang gagal dilakukan, apa yg baik dilakukan tapi juga belum tentu baik untuk masa depan. Berpikir imajinasi, out of the box saya kira itu yang perlu dilakukan," kata Totok melanjutkan.

Era industri 4.0, kata Totok, memiliki kondisi yang sangat berbeda dengan era industri sebelumnya. Industri 3.0, 2.0, sampai 1.0 relatif lebih lambat dan dapat lebih mudah diprediksi. Berbeda dengan industri 4.0 yang tidak bisa diprediksi dan berubah dengan sangat cepat.

"Kita perlu mengatur kembali strategi, dan starategi yang kita luncurkan barangkali bukan strategi baru. Hal yang sudah diketahui barangkali bisa di bangkitkan lagi, direvitalisasi," katanya lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement