Rabu 12 Dec 2018 07:29 WIB

Dari 20 Murid Hingga Menjadi Ratusan

RPA Nurul Falah sekarang selalu kebanjiran murid baru.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Guru di Rumah Pintar Astra Nurul Falah, Dati Daniati, sedang mengajar murid-muridnya. Rumah pintar ini berada di Mengger Girang, Kelurahan Pasirluyu,  Kecamatan Regol, Kota Bandung.
Foto: Umar Mukhtar/Republika.co.id
Guru di Rumah Pintar Astra Nurul Falah, Dati Daniati, sedang mengajar murid-muridnya. Rumah pintar ini berada di Mengger Girang, Kelurahan Pasirluyu, Kecamatan Regol, Kota Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Umar Mukhtar/Wartawan Republika.co.id

Masih terbayang di benak Dati Daniati (36 tahun), ketika Taman Kanak-kanak Al-Qur'an (TKQ) Nurul Falah hanya diisi segelintir murid. Wanita berjilbab itu termenung sejenak, teringat saat ia berupaya 'jemput bola' agar jumlah orang tua yang menyekolahkan anaknya di Nurul Falah bertambah.

"Di tahun 2008, TK ini awal mulanya hanya sekitar 20 murid," tutur Dati kepada Republika.co.id di Rumah Pintar Astra Nurul Falah, RT 06 RW 08, Kampung Mengger Girang, Kelurahan Pasirluyu, Kecamatan Regol, Kota Bandung, beberapa waktu lalu.

Dati adalah guru di Rumah Pintar Astra (RPA) Nurul Falah dan merangkap sebagai wakil kepala TKQ Nurul Falah. Pagi itu ia sedang menjelaskan kepada para murid di kelasnya tentang bagian-bagian pohon. Puluhan murid ini sesekali bersuara keras mengikuti aba-aba sang guru.

Membuat kelas itu terisi puluhan murid tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perjalanan Nurul Falah dari awal hingga sekarang sangat berliku. Berdiri pada 2008, lembaga pendidikan anak usia dini itu semula hanya menempati bangunan tua satu lantai dengan fasilitas ala kadarnya.

"Setelah itu, kita minta kepada masyarakat untuk membantu, akhirnya ada kencleng untuk Nurul Falah. Di sini kan ada 13 RT, alhamdulillah semuanya membantu. Karena ini juga akan dirasakan anak cucu mereka," terang Dati.

Uang yang terkumpul itu kemudian digunakan untuk membantu meringankan operasional sekolah seperti pembayaran honor guru dan pembelian fasilitas untuk anak-anak bermain. Namun ini saja belum cukup untuk mengembangkan Nurul Falah sampai dikenal luas masyarakat dan muridnya bertambah banyak.

Awal berdiri, murid di Nurul Falah hanya dari kalangan warga sekitar yang kalau dijumlah totalnya hanya mencapai puluhan. Ada 50 murid yang belajar di sana pun sudah terbilang banyak. Warga di luar Mengger Girang tidak begitu mengenal Nurul Falah. Apalagi letaknya yang berada di gang kecil, cukup susah ditemukan. Meski begitu asa pengurus Nurul Falah tak pernah padam.

Sempat meminta bantuan dari Pemkot Bandung, madrasah tempat Nurul Falah beroperasi, akhirnya bisa dibangun menjadi 2 lantai yang terdiri dari empat ruang besar. Namun itu saja dirasa belum cukup karena kegiatan dan fasilitas di sana masih terbatas. Keadaan ini terus berlangsung hingga 2014.

Hingga pada 2014, PT Astra International Tbk datang membawa program Corporate Social Responsibility (CSR). Mereka kemudian membentuk Kampung Berseri Astra (KBA) sekaligus RPA Nurul Falah di Pasirluyu yang berjarak kurang dari 1 kilometer dengan Astra Biz Center Bandung.

Dampaknya, kegiatan di Nurul Falah semakin beragam. Selain kegiatan belajar-mengajar, juga ada seminar parenting untuk para orang tua. "Di situlah orang tua mulai terbuka bahwa Rumah Pintar ini punya visi-misi yaitu membantu masyarakat menengah ke bawah," ujar Dati.

Nurul Falah pun terus mengalami perkembangan, terutama dari sisi jumlah peserta didik. Setidaknya, tutur Dati, saat ini ada lebih dari 150 murid yang belajar di TKQ dan PAUD Nurul Falah. Dari jumlah tersebut, 110 anak merupakan murid TKQ dan sisanya murid PAUD.

"Tetapi sebelum ada astra, saya maju terus enggak pernah mundur. Dari 25 murid, 30 murid, cuma saat Astra masuk, langsung membludak gini," jelas Dati.

RPA Nurul Falah pun membutuhkan banyak guru seiring bertambahnya jumlah murid. Namun Dati tidak lantas langsung membuka lowongan guru. Dia bertekad memantapkan kualitas RPA Nurul Falah terlebih dulu, khususnya guru. Guru yang diutamakan mengajar di sana yaitu yang masih berusia muda.

Kebutuhan guru yang berusia yang muda itu bukan tanpa alasan. Dati menerangkan, untuk mengajar anak-anak, diperlukan sosok yang ceria dan kuat dari sisi fisik. "Sehingga siap melayani anak-anak dan mengejar anak-anak pun tidak kelelahan. Makanya di sini pengajarnya masih muda-muda. Saya saja ini paling tua," paparnya.

Rata-rata guru di RPA Nurul Falah di kisaran usia 25 tahun. Bahkan beberapa di antaranya ada yang mengajar sambil kuliah di salah satu universitas di Bandung. Mereka menawarkan diri menjadi pengajar biasanya untuk mengisi waktu luang saat tidak ada jadwal kuliah dan juga untuk mencari tambahan uang saku.

Gaji guru di RPA Nurul Falah untuk saat ini tidaklah seberapa. Apalagi pihak Nurul Falah juga belum menetapkan besaran Biaya Operasional Pendidikan (BOP) kepada wali murid, dan untuk sementara menekankan kualitas terlebih dulu ketimbang kuantitas.

Dati meyakini, kalau guru dan kurikulum di RPA Nurul Falah berkualitas, para orang tua pun akan banyak yang tertarik. Di saat itulah Nurul Falah akan mengajukan BOP. Sebab mayoritas tenaga pengajar di sana boleh dibilang ibarat relawan yang tidak berharap dibayar karena memang senang melakukannya.

"Mereka seharusnya bersama keluarganya tetapi memilih mengajar di sini karena memang suka mengajar. Jadi ya di sini kebanyakan tenaga sukarelawan," jelas Dati.

photo
Murid-murid Rumah Pintar Astra Nurul Falah bermain clay yang dibentuk dengan cetakan huruf. (Umar Mukhtar/Republika.co.id)

Tak perlu pakai pamflet

Di tahun ajaran baru, RPA Nurul Falah kini selalu kebanjiran wali murid. Banyak orang tua berbondong-bondong mendaftarkan anaknya ke sana. Berkat informasi dari mulut ke mulut, warga dari luar Mengger Girang pun menyekolahkan anaknya di sana. Jarak yang terbilang jauh bukan halangan bagi mereka untuk mengantar si buah hati ke sekolah.

Dulu, sebelum 2014, Dati dan pengurus Nurul Falah yang lain sampai harus menyebar pamflet ataupun brosur penerimaan murid baru. "Sekarang mah enggak, alhamdulillah cukup pakai selembar kertas di pintu masuk, bahwa pendaftaran dibuka, para orang tua sudah datang sendiri. Banyak yang ingin memasukkan anaknya ke sini karena katanya di sini banyak kegiatan," tutur Dati bercerita.

Menurut Dati, salah satu yang membuat banyak orang tua tertarik menyekolahkan anaknya ke Nurul Falah yakni karena lengkapnya fasilitas. Sejak menjadi Rumah Pintar Astra di KBA Pasirluyu itu, Nurul Falah memang menerima beberapa bantuan fasilitas.

Misalnya infocus, laptop, komputer, printer, buku-buku cerita, mainan untuk anak, alat peraga, sound system beserta tempat penyimpanannya, pembangunan toilet di lantai 2 sekolah, dan pembuatan rolling door di lantai 1 sekolah. Keberadaan fasilitas ini membuat Nurul Falah bisa menggelar berbagai kegiatan dengan nyaman, seperti senam dan pentas seni.

Saat Republika.co.id berada di RPA Nurul Falah, murid-murid dengan seragam yang didominasi warna hijau tampak riang gembira menikmati mainan pasir berwarna-warni yang dapat dibentuk menjadi apapun. Seulas senyum menghiasi wajah mereka. Kebahagiaan di masa kecil ini akan memancar menerangi masa depan Indonesia.

"Jadi pas Astra datang ke sini, itu selalu membawa mainan dan buku-buku cerita. Kan di bawah itu ada perpustakaan, nah ini supaya anak-anak meski belum bisa membaca minimal sudah tertarik membaca. Melihat gambar jadi tertarik, mulai dari huruf, kata-kata, hingga mencari tahu bunyinya apa," jelas Dati.

Republika.co.id juga sempat menemui salah seorang wali murid bernama Desi Kurnaeti (30). Dia bersyukur anaknya bisa mengenyam pendidikan usia dini di RPA Nurul Falah. Ia termasuk beruntung. Sebab banyak orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya di sana tetapi tak bisa karena daya tampung yang terbatas sehingga pihak sekolah pun membatasi jumlah murid.

Menurut Desi, model pendidikan di Nurul Falah terbilang efektif. Anaknya pun saat ini sudah bisa baca-tulis. "Jadi pas masuk ke TK Nurul Falah itu di usia lima tahun. Sekarang sudah bisa baca, ini angka apa, huruf apa. Bisa nulis sekarang mah. Dulu mah enggak tahu dan belum bisa baca-tulis," ujar Desi dengan bangga dan berapi-api.

Fasilitas untuk mengajar dan belajar di Nurul Falah juga tergolong lengkap. Bahkan saking lengkapnya, Desi tak pernah membawa buku dari rumah, karena semua bahan ajar sudah ada di sekolah. "Enggak pernah bawa buku sendiri. Jadi dari rumah cuma bawa bekal (makanan) saja," ucapnya sembari tertawa riang.

Setelah Astra mengulurkan bantuan fasilitas, Nurul Falah semakin sering menyabet penghargaan dari berbagai kompetisi. Pada 2017 lalu, TKQ Nurul Falah menyabet juara 2 Tahfidz Al-Qur'an TKQ untuk kategori putra dalam ajang Festival Pendidikan Al-Qur'an Kecamatan Regol. Masih di tahun dan kompetisi yang sama, mereka menyabet juara 1 Menari TKQ, dan untuk kategori putri, mereka meraih juara 2 Mewarnai se-Regol.

Dua tahun sebelumnya, yakni pada 2015, TKQ Nurul Falah juga berhasil menyandang juara 1 Lomba Doa Putra dalam Olimpiade TKQ yang digelar Forum Komunikasi Pendidikan Al-Quran Kecamatan Regol. Bahkan saat itu mereka juga menambah deretan pialanya dengan meraih juara III Lomba Adzan.

Penanggungjawab KBA Pasirluyu, Yayat Rustandi mengakui, perkembangan RPA Nurul Falah sangat signifikan. Rumah Pintar ini terdiri dari beberapa sentra: buku, komputer, bermain, dan audio visual. Karena ada sentra audio visual, warga setempat pun sering menggunakannya untuk menggelar berbagai kegiatan. "Bermanfaat misalnya untuk rapat warga karena kan ada perlengkapan audio visualnya," papar dia.

RPA Nurul Falah juga sudah merambah ke sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Antara lain dengan dibentuknya unit sentra kriya untuk membina para remaja. Di sentra ini para pemuda belajar membuat desain sablon digital dengan menggunakan media mug atau gelas. Hasil karya mereka kemudian dijual ke masyarakat dan berbagai sekolah.

"Di sini kan ada komputer juga, jadi kita kenalkan ke anak-anak remaja bagaimana berwirausaha. Untuk sementara ini, kita ada sablon digital dengan media mug. Jadi ini semua kita manfaatkan untuk pemberdayaan masyarakat sekitar," kata Yayat.

photo
Seorang guru RPA Nurul Falah sedang mengajar muridnya. (Umar Mukhtar/Republika.co.id)

Prestasi Posyandu

Yayat juga menerangkan, selain pendidikan, Astra juga menaruh perhatian pada sektor kesehatan dengan memberikan berbagai alat kepada Pos Pelayanan Keluarga Berencana-Kesehatan Terpadu (Posyandu) di Mengger Girang, Pasirluyu. Alat-alat kesehatan tersebut untuk memeriksa tensi darah, gula darah, kolesterol dan lainnya.

Tak hanya itu, warga juga diberi pelatihan. Pelatihan ini ternyata berujung manis. Posyandu dari KBA Pasirluyu berhasil masuk 5 besar terbaik pada Festival KBA yang digelar pada November 2018 di Bali. Yayat sungguh tak menyangka program "Kader Sayang Balita' yang dibawa Posyandu KBA Pasirluyu bisa lolos ke 5 besar dari ratusan KBA di Indonesia. Sebab waktu yang dipersiapkan untuk menyusun program tersebut cukup singkat.

Program "Kader Sayang Balita" mengajarkan supaya kader-kader posyandu bisa memijat sendiri bayinya dengan cara yang benar. Selama ini masih banyak ibu-ibu yang tidak mengerti apa yang harus dilakukan jika bayi menangis. Sehingga saat bayi menangis, langsung dibawa ke bidan maupun dokter. Padahal tangisan bayi bukan berarti harus selalu dirujuk ke dokter.

"Jadi jangan sampai sedikit-sedikit dibawa ke dokter. Kalau pun ada yang bisa memijat itu kan biasanya jauh, harus ke bidan seberang misalnya. Nah kenapa kita enggak bikin program melatih kader supaya mahir melakukan pemijatan bayi. Ini latar belakang kita mengajukan program itu," papar Yayat.

Pembina KBA Pasirluyu dari Astra, Ogi Sugana menuturkan, sejak awal program KBA memang menyasar empat pilar. Antara lain pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan kewirausahaan. Salah satu turunannya adalah Rumah Pintar Astra sebagai bentuk perwujudan pilar pendidikan.

Selain sebagai lembaga pendidikan, RPA Nurul Falah juga ditujukan sebagai tempat kumpul untuk menyelenggarakan pelatihan dan seminar bagi masyarakat. "Dengan fasilitas yang sudah lumayan memadai, anak-anak bisa belajar. Tak hanya buat PAUD tapi juga untuk hampir semua kegiatan," ujarnya.

Di sektor kesehatan, jelas Ogi, Astra juga fokus mengembangkan Posyandu yang masih dianggap sebelah mata oleh masyarakat. Padahal, jika dikelola dengan tepat, Posyandu bisa menjadi gerbang awal untuk kesehatan keluarga. Kini, terutama setelah meraih prestasi gemilang di Festival KBA 2018, Posyandu KBA Pasirluyu semakin dipercaya. Banyak warga yang antusias datang ke Posyandu untuk memeriksa kesehatan bayinya.

"Pertama sih mereka acuh dengan adanya Posyandu itu. Tapi begitu kita kelola dengan baik, kadernya kita latih, akhirnya tingkat kepercayaan warga yang punya balita meningkat. Banyak yang bertanya jadwal pemeriksaannya kapan saja," jelas Ogi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement