Senin 10 Dec 2018 19:13 WIB

Universitas Terbuka Gelar ISBEST 2018

UT angkat pentingnya kolaborasi dalam masyarakat ekonomi.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Muhammad Fakhruddin
Rektor Universitas Terbuka Ojat Darojat memberikan sambutan saat memperingati Dies Natalis ke-34 Universitas Terbuka di Kampung Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (4/9).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Rektor Universitas Terbuka Ojat Darojat memberikan sambutan saat memperingati Dies Natalis ke-34 Universitas Terbuka di Kampung Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (4/9).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka (FE-UT) menggelar The International Seminar on Business, Economics, Social Science and Technology (ISBEST) 2018 di Hotel Century Park, Rabu (5/12). Seminar ini mengambil tema kolaborasi antar masyarakat ekonomi di era revolusi industri 4.0. 

"Kami menyambut baik apa yg dilakukan UT untuk menyiapkan SDM di era industri 4.0, karena ini memang harus kita siapkan scara baik dan kolaborasi pemerintah tidak bisa berjalan sendiri. Jadi harrus ada kolaborasi dari akademisi, industri dan pemerintah utk memenuhi bisnis proses yang ada di industri 4.0 ini," kata Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rudi Salahudin, di acara tersebut. 

Salah satu yang bisa berkolaborasi dalam hal ini adalah pihak akademisi atau universitas. Menurut Rudi, dunia pendidikan berperan penting dalam revolusi industri 4.0 karena perkembangan teknologi harus dibarengi dengan keahlian masyarakatnya juga. 

Menurut dia, masyarakat Indonesia harus disiapkan dengan kemampuan-kemampuan baru yang berkaitan dengan teknologi. Hal ini dilakukan agar masyarakat Indonesia bisa masuk lagi ke dalam dunia kerja meskipun teknologi semakin berkembang. 

"Talent ini yang menyiapkan harus dari universitas. Itulah harus ada kolaborasi yang baik bagaimana kita mengubah kurikulumnya," kata Rudi menjelaskan. 

Selain pihak universitas, pembentukan kurikulum untuk menyiapkan masyarakat yang paham ekonomi dan teknologi harus dilakukan bersama industri. Rudi mengatkan, industri harus berperan dalam kurikulum karena mereka memahami kemampuan yang dibutuhkan di dunia kerja. 

"Mereka yang memakai SDM itu. Kalau kita hanya berjalan sendiri, akademisi berjalan sendiri, ya seperti selama ini. Tidak match antara dunia kerja dan lulusan," katanya lagi. 

Mengatasi hal tersebut, ia mengatakan, pemerintah mencoba untuk membuat standar kompetensi dan mengikutsertakan industri. Peran industri adalah memberi masukan standar kompetensi tersebut agar sesuai dengan yang dibutuhkan di dunia kerja. 

Pemerintah juga melakukan revitalisasi lembaga pendidikan dari berbagai bidang. Ia menyebutkan revitalisasi yang dilakukan dari segi akreditasi, standar kompetensi, dan sertifikat kompetensi. 

Menurut Rudi, ini dilakukan agar kemampuan masyarakat diakui oleh industri. "Bukan selama ini standar kompetensi, sertifikat kompetensi tidak diakui. Ini kan sayang. sama seperti SMK dan politeknik begitu lulus mestinya kan mereka punya skil untuk masuk ke dunia itu, tapi nyatanya skill itu tidak memnuhi yang ada di industri," kata dia. 

Sementara itu, Dekan FE-UT Ali Muktiyanto mengatakan pihaknya sedang menyiapkan program studi tentang ekonomi kreatif. Ali mengatakan, pihaknya sudah melakukan studi banding ke Universitas Padjadjaran (Unpad) dan akan segera dibuka pada tahun depan. 

"Kami tidak sekadar ekonomi kreatif tapi mungkin sampai pada bisnis kreatif, pada enterpreneurship itu sendiri. Kami sedang menyusun naskah akademik dan akan kami submit insya Allah di awal tahun. Mudah-mudahan sudah bisa keluar dan akhir tahun depan mudah-mudahan sudah bisa terima mahasiswa," kata Ali menjelaskan. 

Mahasiswa UT yang terdaftar saat ini berjumlah 300 ribu. Sebanyak 70 ribu mahasiswa masuk pada tahun ini dan setiap tahunnya UT dapat meluluskan di atas 50 ribu mahasiswa dari seluruh Indonesia dan warga negara Indonesia yang ada di luar negeri. 

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) juga meminta UT menjadi pemimpin pembelajaran berbasis teknologi untuk menghadapi industri 4.0. "Rektor kami, kami semua sudah welcome, membangun awareness ke seluruh perguruan tinggi baik negeri maupun swasta seluruh indonesia untuk mempercepat proses adanya cyber university. Jadi proses pembalajaran berbasis daring," kata Ali menjelaskan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement