Senin 03 Dec 2018 18:13 WIB

Kolaborasi Penting untuk Tingkatkan Kualitas Pendidikan

Seluruh pihak yang terlibat harus mengoptimalkan Tri Pusat Pendidikan.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Malam jejaring Semua Murid Semua Guru membahas pentingnya kolaborasi di bidang pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan mewujudkan karakter unggul.
Foto: Silvy Dian Setiawan.
Malam jejaring Semua Murid Semua Guru membahas pentingnya kolaborasi di bidang pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan mewujudkan karakter unggul.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kolaborasi di bidang pendidkan sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya di Yogyakarta. Kolaborasi dapat dilakukan dengan seluruh pihak yang terlibat dalam pendidikan anak, di mana hal ini dilakukan dalam rangka mewujudkan karakter unggul dan budaya prestasi terhadap anak.

Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Dedi Budiono mengungkapkan, pemerintah memiliki pandangan, setiap anak berhak untuk sukses. Untuk itu, pemerintah wajib memberikan fasilitas yang sama dan merata terhadap setiap anak.

"Sehingga anak mendapatkan baik dari sisi kemudahan maupun mutunya. Jadi mereka bisa mewujudkan cita-citanya di masa mendatang," kata Dedi, di Greenhost Boutique Hotel, Yogyakarta. 

Dalam menumbuhkan karakter unggul dan budaya prestasi ini, tentunya perlu kolaborasi antar pihak. Tidak hanya dari pemerintah saja. Ia mengungkapkan, ada tiga pihak yang paling berpean penting dalam membentuk karakter anak.

Hal tersebut di antaranya pemerintah termasuk tenaga pendidik, keluarga, dan masyarakat yang disebut sebagai Tri Pusat Pendidikan.  Kolaborasi ini sangat penting untuk dilakukan.

Oleh sebab itu, paparnya, seluruh pihak yang terlibat harus mengoptimalkan Tri Pusat Pendidikan ini. "Mencapai cita-cita anak itu tidak mmungkin dilakukan sendiri oleh pemerintah. Sekarang kita harus mengoptimalkan tri pusat pendidikan itu," lanjutnya.

Saat ini, banyak program yang dilakukan dari pemerintah khususnya Yogyakarta untuk menumbuhkan karakter unggul dan budaya prestasi anak. Program tersebut tidak hanya menerapkan kurikulum nasional saja, namun juga menerapkan pembelajaran abad 21.

Terlebih saat ini teknologi informasi terus berkembang dan tentunya sangat berdampak kepada anak. Selain itu, pembiasaan pembangunan karakter terhadapa anak juga harus dilakukan sejak dini.

Pun pengembangan kemampuan thinking skill juga perlu dilakukan. "Itu program yang kita giatkan di sekolah," tambahnya.

Pihaknya pun juga mendorong orang tua untuk berperan aktif dalam hal ini. Sebab, orang tua merupakan pendidik pertama bagaimana membentuk perkembangan anak ke depan.

Orang tua harus mengetahui cara mendidik anak yang lebih baik. Cara yang dilakukan dalam mendidik anak tentu tidak bisa disamakan dengan pendidikan yang didapat di institusi pendidikan umum.

Pemerintah pun menggalakkan program 'orang tua kepo'. Program ini merupakan hal yang harus dilakukan, di mana orang tua harus memberikan perhatian lebih kepada anaknya. Sebab, anak tidak bisa selalu diawasi oleh sekolah.

"Kita menggalakkan orang tua kepo. Apa lagi ada fenomena klitih, malam-malam anak itu berkeliaran di luar jam malam. Kita dorong mereka ini kepo. Ketika anak di mana tanyakan," ujarnya.

Semantara itu, Kepala Bidang Guru dan Tenaga Pendidikan Disdikpora DIY, Mulyati Yuni Raptiwi mengungkapkan, guru juga memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter anak. Untuk itu, guru perlu mendapat perhatian lebih terkait dengan kompetensi guru itu sendiri.

"Ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru. Pertama profesional, pedagogik, sosial, dan kompetensi kepribadian. Ini semua harus dimiliki oleh guru," kata Mulyati.

Praktisi Psikologi Pendidikan dan Pengembangan Diri dan Pendidikan Orang Tua, Dite Anindita menuturkan, kolaborasi dari seluruh pihak yang terlibat dalam pendidikan anak memang penting dilakukan.

Hal ini dilakukan guna menciptakan pendidikan berkualitas dan menumbuhkan karakter unggul serta budaya prestasi terhadap anak.  "Kita harus bergandengan tangan, guru tidak semuanya bisa, guru bukan dewa untuk menjadikan anak pintar dan berpendidikan," kata Dite.

Pendidikan yang dilakkukan kepada anak saat bersama orang tua maupun dengan guru itu berbeda. Untuk itu, menurutnya, perlu kolaborasi yang dilakukan.

Cara mendidik anak pun tidak bisa dengan terus menerapkan cara-cara lama. Terlebih, saat ini generasi penerus bangsa ini disebut dengan generasi milenial yang kehidupannya tidak bisa lepas dari penggunaan teknologi informasi.

"Beda lingkungan beda penerapannya. Orang tua harus belajar seumur hidup, apa lagi sekang disebut milenial. Proses belajar orang tua panjang dalam baagimana mendidik anak dan itu harus dirangkul bersama-sama," katanya.

Pendidik dan Penggagas Semua Murid Semua Guru, Najelaa Shihab, juga menegaskan pentingnya kolaborasi ini. Tentunya dengan melibatkan seluruh pihak guna mendorong peningkatan pendidikan Indonesia yang lebih baik.

Ia menyebutkan ada tiga persoalan utama pembangunan di bidang pendidikan. Hal ini yaitu akses, kualitas, dan pemerataan.

Dalam mencapai pendidikan yang berkualitas, harus ada tindakan efektif yang dilakukan. Hal yang dapat dilakukan yakni mengubah paradigma, di mana pendidikan itu tidak hanya sekedar  kegiatan bersekolah saja.

Namun pendidikan juga dapat terjadi di luar kegiatan sekolah.  "Pendidikan merupakan sebuah proses kolaboratif antara anak, orang tua, pendidik, media dan lingkungan sosialnya yang terjadi sepanjang hayat," kata Najelaa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement