Jumat 26 Oct 2018 12:14 WIB

LIPI Kembangkan Penelitian Superkonduktor

Superkonduktor berbahan baku lokal dan elektroda baterai litium.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Esthi Maharani
LIPI
LIPI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tengah mengembangkan penelitian terkait superkonduktor berbahan baku lokal dan elektroda baterai litium berbahan baku tempurung kelapa. Penelitian itu dilakukan untuk menambah sumber daya mineral dalam negeri dalam bentuk pengembangan material berbahan baku lokal.

Peneliti Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI Agung Imaduddin menyampaikan, konsumsi listrik Indonesia pada 2017 mencapai 1.012 Kilowatt per Hour (kWh)/kapita, naik 5,9 persen dari tahun sebelumya. Pada tahun ini pun pemerintah menargetkan konsumsi listrik masyarakat akan meningkat menjadi 1.129 kWh/kapita.

"Indonesia memiliki berbagai sumber daya mineral yang dapat dimanfaatkan dalam bidang kelistrikan, namun ketergantungan Indonesia masih banyak bergantung pada impor material maju," kata Agung di Media Center LIPI Jakarta, Jumat (26/10).

Menurut dia, sejak tahun 2010, permintaan superkonduktor di pasar global naik secara signifikan, khususnya superkonduktor tipe High Temperature Superconductors (HTS). Hal ini karena penerapan material superkonduktor dapat mengurangi energy loss dan ramah lingkungan.

"Salah satu material maju yang sangat berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia sebagai bahan pendukung teknologi maju adalah HTS ini," jelas dia.

Agung menjelaskan, bahan baku HTS yang memiliki nilai TC (critical temperature) tinggi dan berbahan baku yang banyak dimiliki oleh Indonesia adalah superkonduktor jenis BSCCO. LIPI telah melakukan penelitian mengenai superkonduktor sejak tahun 2006 dengan menggunakan bahan Nb3Sn dengan hasil berupa prototipe kawat superkonduktor.

Lebih lanjut Agung mengatakan, aplikasi kawat superkonduktor terutama dilakukan pada bidang penghantar dan penyimpanan energi listrik, transformer dan motor listrik, serta alat kesehatan (MRI).

Kendati begitu, dalam pengembangannya perlu ada kerja sama dengan pihak-pihak terkait. Sehingga, hasil penelitian nantinya bisa dikembangkan secara optimal.

"Diperlukan kerja sama untuk pengembangan ke skala industri untuk dapat membuat kawat superkonduktor dengan skala yang lebih panjang untuk aplikasi trafo dan kabel transmisi listrik tegangan tinggi" jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement