Senin 22 Oct 2018 12:26 WIB

Siswa di Palu Belajar di Tenda

Para guru dan murid berbaur di dalam tenda

UNICEF (ilustrasi)
Foto: unicef.bg
UNICEF (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PALU - Para siswa di sejumlah sekolah di Kota Palu dan Kabupaten Sigi belajar di tenda bantuan UNICEF. Berdasarkan pantauan di sejumlah sekolah di Ibu Kota Provinsi Sulteng, para murid SD Inti VI Lolu, Kecamatan Palu Timur sudah kembali beraktivitas, meski masih menggunakan tenda bantuan UNICEF.

Meski duduk belajar dalam tenda berukuran 6x12 meter itu, namun para murid terlihat begitu ceria satu-sama lainnya. Mereka berbaur dengan guru-guru. Hasan Basri, salah seorang guru SD Inti VI Lolu mengatakan meski sekolahnya luput dari gempa bumi dasyat 7,4 SR yang mengguncang Kota Palu dan beberapa kabupaten di Sulteng, namun proses belajar untuk sementara ini tidak dilakukan dalam ruangan.

"Kita dapat bantuan tenda dari UNICEF untuk menampung para siswa belajar," kata dia.

Kondisi sama juga terlihat di SD Lolu dan SMP Negeri 1 Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi. Dua sekolah itu mengalami rusak berat dan tidak layak lagi dipertahankan sebagai tempat belajat mengajar.

"Kami terpaksa sementara ini belajar di tenda bantuan UNICEF," kata salah seorang guru SMPN 1 Sigi Biromaru yang enggan disebut namanya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) saat ini sedang membangun 333 unit sekolah darurat untuk mengakomodasi kegiatan belajar-mengajar bagi siswa-siswi di Palu, Donggala dan sebagian wilayah Sulawesi Tengah pasca bencana.

"Dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kita menyiapkan 333 unit sekolah darurat berkapasitas tujuh ruang," kata Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Poppy Dewi Puspitasari.

Poppy mengatakan UNICEF akan memberikan sekitar ratusan tenda berstandar internasional. Saat ini satu tenda sudah berdiri di Patebo dan 20 unit tenda sedang dipersiapkan.

"Tenda masih dalam perjalanan nanti distribusinya tentunya setelah kita melakukan pendataan," tuturnya.

Gempa 7,4 Skala Richter dan tsunami pada 28 September 2018 telah mengguncang Palu, Donggala, Sigi dan Parigi Moutong yang menyebabkan sekitar 186 ribu peserta didik di 1.724 satuan pendidikan dari jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, SMK terganggu dalam layanan pendidikan di tiga daerah terparah yaitu Kota Palu, Donggala, dan Sigi. Hingga saat ini,  teridentifikasi 22 guru yang meninggal dan 14 orang hilang.

"Kemungkinan banyak siswa yang terseret tsunami saat mengikuti gladi resik festival palu nomoni dan ada Bible Camp yang terhisap lumpur di Jono Oge Kabupaten Sigi," tuturnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement