Ahad 09 Sep 2018 17:01 WIB

Kemenristekdikti akan Bangun Dua Pusat Sains

Pusat sains sangat penting untuk mengenalkan ilmu pengetahuan sejak dini.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
Kabupaten Indramayu kini memiliki gedung Science Center Mutiara Bangsa dengan 48 wahana.
Foto: Republika/Lilis Sri Handayani
Kabupaten Indramayu kini memiliki gedung Science Center Mutiara Bangsa dengan 48 wahana.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Keberadaan pusat sains atau science center di daerah sangat penting untuk mengenalkan ilmu pengetahuan sejak dini. Namun, hingga saat ini belum semua provinsi di Indonesia memilikinya.

Oleh karena itu, menurut Direktur Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) Kemenristekdikti, Syachrial Anas, Kemenristekdikti tahun ini akan membangun dua science center baru di Indonesia. "Science center ini, sebagai wahana pembelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi untuk masyarakat, khususnya generasi muda," ujar Syachrial kepada wartawan, ditemui disela-sela Kompetisi Roket Air Regional (KRAR) 2018, di Kota Baru Parahyangan, Ahad (9/9).

Sychrial mengatakan, saat ini di Indonesia baru ada 23 science center. Rencananya tahun ini pihaknya akan tambah dua science center baru di Indonesia yakni di Sumatera Barat (Sumbar) dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Tahun depan kita rencanakan akan bangun dua di Riau dan Sulawesi Tengah," katanya.

Syachrial menilai, idealnya setiap kabupaten atau kota memiliki satu wahana pusat sains sebagai bagian upaya pengenalan Iptek sejak dini. Namun,  karena terkendala pembiayaan jadi belum semuanya bisa terpenuhu.

"Target 25 science center itu ada di setiap provinsi sebenarnya. Seperti di Jabar itu, di sini yakni Puspa Iptek Sundial ada dan di Kabupaten Indramayu juga ada," katanya.

Menurutnya, pembangunan science center sangat bergantung pada dukungan pemerintah daerah untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kendala yang dihadapi juga terletak pada hal tersebut.

Sebenarnya, menurut Syachrial, kalau ada satu daerah berinisiatif memberikan science center maka pihaknya akan memberikan satu insentif berupa alat sebagai pemicu. Misalnya, Kemenristekdikti memberikan 10 hingga 20 alat kepada daerah yang berminat membangun science center dan daerah bisa mengembangkannya.

"Cuma kan pimpinan daerah itu selalu berganti, jadi political willnya berbeda lagi. Karena kalau kepala daerah yang sekarang setuju (pembangunan science center) bisa jadi ketika ganti kepala daerah berbeda lagi kebijakannya," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, konsistensi dukungan dari pimpinan atau kepala daerah sangat dibutuhkan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti pembangunan science center.

Dikatakan Syachrial, daerah sangat berpeluang untuk membesarkan science center yang dimiliki seperti di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dari segi luas bangunannya tidak terlalu besar. Namun, bisa dikunjungi oleh warga hingga satu juta orang per tahunnya.

"Kalau di kami jumlah kunjungannya 600 ribu tapi mereka bisa mencapai satu juta. Tapi jangan lihat kami tidak kerja. Namun harus dilihat bahwa political will di sana sangat bagus atau mendukung akhirnya bagus," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement