Sabtu 04 Aug 2018 08:14 WIB

Disdik Purwakarta akan Asuransikan 2.400 Guru Honorer

Anggaran yang dialokasikan Rp 3,6 miliar.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah guru honorer menggelar aksi di depan Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (27/3).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah guru honorer menggelar aksi di depan Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (27/3).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, akan asuransikan 2.400 guru honorer. Anggaran yang dialokasikan Rp 3,6 miliar. Akan tetapi, usulan ini masih dalam tahap pembahasan dan belum disahkan oleh DPRD setempat.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, Purwanto, mengatakan, ingin asuransi ini bisa teralisasi pada 2019 mendatang. Adapun jumlah guru honorer yang tergabung dalam kelompok dua (K2) mencapai 2.400 orang. Mereka sudah mengabdi selama bertahun-tahun tetapi, sampai sekarang statusnya masih honorer.

"Karena mereka honorer, jadi para guru ini hidupnya tidak terjamin asuransi. Baik asuransi kesehatan maupun ketenagakerjaan," ujar Purwanto, kepada Republika Jumat (3/8).

Menurut Purwanto, pihaknya akan memerjuangkan nasib para honorer tersebut. Termasuk, soal asuransinya. Karena itu, usulan anggaran Rp 3,6 miliar untuk alokasi asuransi ini, akan terus dikawal. Jangan sampai, tidak dibahas ataupun dicoret di DPRD.

"Jadi, selama ini masih banyak sekolah di kita, yang kegiatan belajar dan mengajarnya dilakukan oleh guru honorer. Sebab, sekolah tersebut kekurangan guru ASN," ujarnya.

Terkait dengan kekurangan guru, Purwanto mengakui, sampai saat ini wilayah yang terkenal dengan air mancur menari Sri Baduga Situ Buleud ini, kekurangan 1.165 guru ASN. Dari jumlah tersebut, 800 guru di antaranya diperuntukan di sekolah dasar (SD). Sisanya, merupakan guru mata pelajaran di SMP.

Kenapa kekurangan guru paling banyak terjadi di SD, lanjut Purwanto, sebab sekolah dasar ini jumlahnya paling banyak. Lebih dari 390 unit. Dengan begitu, kebutuhan guru ASN-nya juga sangat tinggi dibandingkan dengan SMP.

"Setiap tahun juga kita selalu usulkan ke pusat mengenai kekurangan guru ini, supaya segera terisi," ujarnya.

Sementara itu, Neng Yulianti (29 tahun) salah satu guru honorer asal Kecamatan Jatiluhur, mengaku, sangat senang dengan adanya program asuransi ini. Meskipun masih sebatas usulan, tapi ini merupakan angin segar bagi pengajar seperti dirinya.

"Inginnya sih kami segera diangkat jadi ASN. Tapi apalah daya, nasib baik belum berpihak pada kami," ujarnya.

Karena itu, sambil menunggu peruntungan, dirinya sangat mengapresiasi dengan adanya usulan asuransi kesehatan dan ketenagakerjaan bagi honorer ini. Dirinya sangat berharap, program ini bisa terealisasi. Sebab, jika ada guru honor yang sakit, mereka terpaksa memakai pasien umum dengan biaya yang lumayan mahal. Sebab, belum tercover jadi peserta asuransi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement