Rabu 01 Aug 2018 09:42 WIB

GSM Wujudkan Sekolah Non-Favorit Raih Pendidikan Global

Sekolah yang banyak mendapatkan program pertukaran siswa hanyalah sekolah favorit.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Pendiri gerakan sekolah menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal
Foto: Republika/Eric Iskandarsjah
Pendiri gerakan sekolah menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) menggelar acara launching program Youth Exchange (pertukaran siswa) 2019 yang bekerja sama dengan Departemen of Education Victoria Australia, Rabu (1/8) pagi ini. Hal tersebut dilakukan dalam rangka memberikan kesempatan kepada sekolah non-favorit untuk memiliki akses ke pendidikan global yang berkualitas.

"Kita ingin pendidikan yang mampu memerdekakan dan memanusiakan anak-anak agar memiliki kompetensi yang dibutuhkan di era disrupsi," kata Pendiri GSM Muhammad Nur Rizal kepada Republika, Selasa (31/7).

Ia mengungkapkan, saat ini sekolah yang banyak mendapatkan program pertukaran siswa hanyalah sekolah-sekolah favorit. Sementara sekolah non-favorit tidak mendapatkan pendidikan global yang berkualitas. 

Dalam program ini, yang dikedepankan tidak hanya program akademis, namun juga program pendidikan multikultural. Sehingga dapat memberikan pengetahuan mengenai pendidikan multikultural di era global saat ini. 

"Mereka ingin membantu meningkatkan, memperluas dampak dari program Gerakan Sekolah Menyenangkan ini," katanya menambahkan.

Ia berharap, dengan adanya kerja sama tersebut, sekolah non-favorit pun juga memiliki kesempatan untuk memiliki pendidikan global yang berkualitas. Nantinya akan ada sekitar 40 siswa dari Departemen of Education Victoria Australia yang  datang dan belajar mengenai kebudayaan di Yogyakarta selama tiga bulan. 

Selain itu, akan digelar talkshow dengan tema 'Pendidikan Multikultural untuk Mengembangkan Kompetensi Global' di University Club Universitas Gadjah Mada, Rabu. Sekitar 130 sekolah di seluruh Yogyakarta yang akan ikut dalam kegiatan tersebut.

"Di situ (talkshow tersebut), nanti kita buat pemahaman berbeda tentang pendiidkan masa depan kita seperti apa. Tantangan ke depan itu seperti apa. Lalu kompetensi dan apa sistem serta kompetensi apa di Indonesia," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement