Jumat 18 May 2018 15:41 WIB

Risma Minta Guru Agama Tingkatkan Pelajaran Toleransi

Toleransi mengajarkan anak mengerti orang lain.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Muhammad Hafil
Walikota Surabaya Tri Rismaharini (tengah) meninjau di lokasi ledakan di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel Madya, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5).
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Walikota Surabaya Tri Rismaharini (tengah) meninjau di lokasi ledakan di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel Madya, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5).

REPUBLIKA.CO.ID,  SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengumpulkan guru agama SD dan SMP se-Surabaya di Convention Hall Jalan Arief Rahman Hakim Surabaya, Jumat (18/5). Pada kesempatan itu, Risma meminta kepada guru-guru agama untuk menambahkan dan menggenjot pembelajaran rasa toleransi antar sesama, terutama di sekolah.

Risma menjelaskan bahwa manusia hidup itu tidak hanya mengurusi hubungan manusia dengan tuhannya saja, tapi juga harus memperhatikan hubungan antar sesama manusia. Hal ini pula yang harus diperhatikan oleh anak-anak di sekolah agar mereka memiliki rasa toleransi.

"Dengan rasa toleransi ini, maka diharapkan anak-anak bisa lebih care dan juga peduli kepada sesamanya," kata Risma.

Risma meyakini, dengan tertanamnya rasa toleransi, maka anak-anak bisa lebih mengerti terhadap orang lain. Sehingga apabila ada temannya kesulitan, dia juga bisa merasakannya. Menurutnya akan lebih baik apabila anak-anak bisa langsung menolong dan membantu temannya yang susah itu.

"Jadi, tolong ajari anak-anak untuk bisa membantu kepada sesamanya. Jangan sampai mau dipecah belah, karena akan mudah untuk dijajah kembali. Termasuk penjajahan dalam bidang ekonomi," ujar Risma.

Risma mengingatkan, para guru agama juga penting mengajarkan anak-anak sejarah yang telah dilalui Indonesia untuk memperoleh kemerdekaannya. Anak-anak perlu diingatkan bahwa Indonesia punya sejarah yang dibangun dengan berdarah-darah, sehingga sangat tidak layak apabila melupakan sejarah.

Sebelumnya, penyusupan nilai-nilai radikalisme ke sekolah dapat masuk melalui tiga pintu, yakni alumni, guru, dan kebijakan sekolah. Hal itu diungkap oleh hasil penelitian yang dilakukan Maarif Institute pada 2 hingga 21 Oktober 2017 lalu.

Penelitian bertajuk "Penguatan Kebijakan Pembinaan Kesiswaan (OSIS) dalam Memperkuat Kebhinekaan dan Kehidupan Inklusif di Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah" itu dilakukan terhadap 40 sekolah sebagai sampel penelitian. Setidaknya ada 440 orang yang diwawancarai untuk penelitian tersebut.

"Infiltrasi radikalisme di sekolah masuk melalui tiga pintu, yakni alumni, guru, dan kebijakan sekolah," begitu kalimat pertama pada sub-bab Kontestasi Radikalisme dan Moderatisme pada hasil penelitian yang tergabung ke dalam Ringkasan Eksekutif Program Convey Indonesia itu.

Di sana dijelaskan, untuk alumni, nilai-nilai radikalisme masuk melalui kegiatan ekstrakulikuler. Sebagai contoh, lima dari enam sekolah yang menjadi sampel penelitian di Surakarta dibina oleh alumni yang tergabung ke dalam Kriya Mandiri melalui aktivitas pengajian.

Celah kedua, yakni guru, mereka melakukan indoktrinasi di dalam dan di luar kelas. Salah seorang guru di Cirebon yang dijadikan bahan penelitian memahami, negara ini merupakan thagut. Hal itu kemudian disampaikan kepada para siswa di dalam kelas.

Selain itu, karena ketidaktahuan kepala sekolah, berdasarkan penelitian tersebut, kebijakan yang dikeluarkan sekolah kerap membuka lebar pintu bagi kelompok intoleran dan radikal untuk membina siswa dalam penguatan keagamaan.

Pada sub-bab Daya Tahan yang Rentan dijelaskan, kurangnya pemahaman dan kesadaran sekolah tentang peta perherakan radikalisme melemahkan mekanisme ketahanan warga sekolah dalam msnghadapi hal tersebut. Di sana disebutkan, hingga penelitian itu terbit, tak ditemukan kebijakan khusus dari sekolah untuk memproteksi diri dari penetrasi paham dan gerakan radikal.

Namun, disebutkan juga, ada beberapa sekolah sudah menjalankan mekanisme ketahanan melalui sistem filter dan kontrol narasumber. Selain itu, ada pula yang telah menerapkan sistem deteksi dini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement