Rabu 02 May 2018 13:24 WIB

PGRI: Pendidikan Jangan Hanya Fokus Akademis

Perlu ada upaya mengaitkan proses pendidikan dengan pengembangan kebudayaan.

Para siswa SD se- Kabupaten Semarang menari Prajuritan dalam puncak peringatan Hardiknas, di stadion Wujil, kompleks GOR Pandanaran, Kabupatrn Semarang, Rabu (2/5).
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Para siswa SD se- Kabupaten Semarang menari Prajuritan dalam puncak peringatan Hardiknas, di stadion Wujil, kompleks GOR Pandanaran, Kabupatrn Semarang, Rabu (2/5).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jawa Tengah mengingatkan proses pendidikan jangan hanya fokus pada pengembangan akademis. Sekarang ini, perlu ada upaya mengaitkan proses pendidikan dengan pengembangan kebudayaan.

Wakil Sekretaris Umum PGRI Jateng Ngasbun Egar mengatakan pendidikan pada dasarnya adalah proses pewarisan budaya dan nilai-nilai luhur bangsa. "Pendidikan itu kan untuk menyiapkan generasi penerus bangsa. Artinya, bagaimana nilai luhur kebudayaan bangsa diwariskan melalui proses pendidikan," kata dia ketika merefleksikan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Semarang, Rabu (2/5). 

Menurut wakil direktur Program Pascasarjana Universitas PGRI Semarang itu, proses pendidikan bukan hanya sekadar sarana transfer pengetahuan, tetapi juga transfer nilai dan budaya. Terutama budaya yang mengusung nilai luhur bangsa. 

Ngasbun menjelaskan nilai-nilai luhur bangsa yang diwariskan nenek moyang dan dirumuskan oleh para pendiri bangsa harus terus menerus dilestarikan kepada generasi muda. "Caranya bagaimana? Pertama, peningkatan mutu pendidikan, sarana dan prasarana, termasuk gurunya, dan sebagainya. Ini tugas dari pemerintah untuk menjamin mutu pendidikan," katanya.

Kedua, kata dia, peran serta masyarakat dalam mendukung upaya pendidikan juga tidak boleh dikesampingkan, sebab nantinya malah kontraproduktif. Artinya, kata dia, masyarakat harus ikut membantu pemerintah dalam menjamin mutu pendidikan, bukan semata partisipasi dalam bentuk material.

"Begini misalnya, apa yang sudah diajarkan di sekolah, termasuk penanaman nilai-nilai harus disinergikan dalam proses pendidikan di lingkungan keluarga. Jangan kontraproduktif," katanya.

Untuk keberlangsungan pendidikan, katanya, sekolah harus terus menguatkan kemampuan siswa tidak hanya dalam bidang akademis. "Kebijakan pemerintah sekarang ini temanya sudah mengarah terhadap pengaitan pendidikan dan kebudayaan. Ini harus dioptimalkan," katanya.

Sekolah, kata dia, harus mengintegrasikan antara kualitas intelektual, sikap dan nilai kepribadian, serta keterampilan sehingga mampu mencetak generasi bangsa yang berintegritas unggul. "Tidak bisa lagi sekadar mengajarkan siswa untuk menghafal. Tetapi, bagaimana siswa memiliki kemampuan analisa, evaluasi, dan menyelesaikan permasalahan," kata Ngasbun. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement