Senin 26 Feb 2018 18:33 WIB

Tiga Ponpes dan Central University of Kashmir Bekerja Sama

Tujuan kerja sama ini untuk percepatan kualitas dan pengembangan metodologi.

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Yusuf Assidiq
Penandatanganan MoU kerja sama.
Foto: Neni Ridarineni.
Penandatanganan MoU kerja sama.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sinergi dijalin antara tiga pondok pesantren yakni Pondok Pesantren Pabelan Mungkid Magelang, Madrasah Muallimin Muhammadiyah dan Madrasah Muallimaat Muhammadiyah, dengan University of Kashmir. Penandatanganan memorandum of understanding (MoU) kerja sama dilakukan di Universitas Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Senin (26/2).

Dalam hal ini, University of Kashmir diwakili Head of Departement of Religious Studies Central University of Kashmir, Prof Hamidullah Marazi. Penandatanganan kerja sama dilakukan bersamaan dengan acara 'Public Lecture Integration of Knowledge, Islamic Education Reform/Tajdid and the Need of The New Texbook Writing in the University'.

Kerja sama ini untuk pertukaran guru, santri, pengembangan metodologi mengajar, dan perbukuan. "Karena di sana (Kashmir, red.) berbahasa Inggris, sehingga dari Ponpes Pabelan, Madrasah Muallimin, dan Madrasah Muallimaat bisa belajar dari aspek kebahasaan dan metodologinya," kata Country Representative-Indonesia International Institute of Islamic Thought (IIIT), Habib Chirzin, kepada Republika.co.id.

Lewat kerja sama ini, kata Habib, diharapkan segera ada pertukaran guru dan siswa untuk penulisan buku. Pihaknya memfasilitasi untuk dilakukan MoU itu. Sebelumnya dari Kashmir University melakukan kunjungan dan seminar ke Ponpes Pabelan, Madrasah Muallimin, dan Madrasah Muallimaat.

"Sehingga setelah adanya MoU ini segera ada kunjungan kembali dari Kashmir University dan mudah-mudahan ada kunjungan balik. Tujuan kerja sama ini untuk percepatan kualitas dan pengembangan metodologi," jelas Habib.

Menurut Habib, Prof Hamidullah sangat tertarik dengan Pesantren Madrasah Muallimin Muhamamdiyah dan Madrasah Muallimaat Muhammadiyah yang usianya sudah 100 tahun dan menghasilkan kader-kader Muhammadiyah serta melahirkan universitas-universitas Muhammadiyah di Indonesia.

Ia juga tertarik dengan Pesantren Pabelan yang pernah menerima penghargaan

international Aga Khan Award for Architecture 1980, menerima dua kali penghargaan dari presiden untuk Kalpataru, dan menerima penghargaan dari menteri kesehatan untuk Manggala Karya Bhakti Husada Arutala untuk integrasi pengembangan kesehatan masyarakat antara pondok pesantren dan masyarakat.

"Jadi ketiga pondok pesantren memiliki sejarah dan prestasi nasional maupun dunia," katanya.

Sementara itu, Direktur Madrasah Muallimin Muhammadiyah Ali Aulia juga berharap  adanya kerjasama ini radius pergaulan Madarasah Muallimin terus meluas dalam proses internasionalisasi. Ditegaskan, selama ini pihaknya sudah memulai program pertukaran siswa dengan Thailand, Turki, Malaysia, Singapura, dan Jepang.

Hal senada disampaikan Direktur Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Agustyani Ernawati. "Harapan kami MoU ini bisa berjalan lancar dan ini bagian dari program internasionalisasi kader. Untuk kelanjutannya kami akan diskusi dengan Madrasah Muallimin Muhammadiyah," jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement