Selasa 19 Dec 2017 00:07 WIB

Kepala Madrasah Berprestasi Harus Bisa Mengkader

Rep: Fuji E Permana/ Red: Esthi Maharani
Proses belajar di madrasah
Foto: Nonang MR/Republika
Proses belajar di madrasah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) merencanakan pola pertukaran kepala madrasah dari madrasah satu ke madrasah lainnya. Tujuan dari pola pertukaran kepala madrasah untuk pemerataan mutu pendidikan madrasah. Kepala madrasah berprestasi akan dipindahkan ke madrasah yang butuh penanganan khusus.

Pengamat Pendidikan Islam, Adian Husaini berpandangan, salah satu indikator kepala madrasah bisa dikatakan bagus dan berprestasi ketika kepala madrasah tersebut mampu melahirkan kepala madrasah baru yang bagus. Minimal bisa melahirkan satu kepala madrasah baru yang bagus untuk menggantikannya.

"Jadi harus mengkader, jadi dia (kepala madrasah) bukan hanya mampu mengelola sekolahnya dengan baik dan mengajar dengan baik, tapi dia harus mampu mengkader kepala madrasah yang baik juga," kata Adian kepada Republika, Senin (18/12).

Ia menjelaskan, ketika kepala madrasah berprestasi tersebut pindah lagi, maka tidak akan menjadi masalah. Karena kepala madrasah berprestasi tersebut telah mengkader kepala madrasah baru yang baik. Menurutnya, waktu dua periode seharusnya cukup untuk melakukan kaderisasi kepala madrasah baru. Sekitar empat tahun pun sebenarnya cukup untuk melakukan kaderisasi.

Adian yang juga seorang Cendikiawan Muslim menyarankan, kepala madrasah yang akan dikader harus betul-betul disiapkan. Kepala madrasah yang sedang disiapkan harus sering ikut dalam berbagai kegiatan. Supaya di masa yang akan datang bisa menjadi kepala madrasah yang baik untuk menggantikan kepala madrasah yang mengkadernya.

Jika kepala madrasah dari kota dipindahkan ke daerah apakah akan menemukan hambatan, dikatakan Adian, hambatan akan selalu ada. "Tapi di pendidikan itu mau di kota mau di desa, sebetulnya problem yang dihadapi intinya sama, karena yang dihadapi itu problem manusianya," ujarnya.

Ia menerangkan, seperti problem guru-guru yang dipimpin oleh kepala madrasah. Juga problem para siswa dan kondisi orang tua siswa. Biasanya problemnya sama, hanya di seputaran itu saja.

Adian yang juga Ketua Program Doktor Pendidikan Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor mengingatkan, kepala madrasah juga mempunyai keluarga dan anaknya perlu dididik. Artinya jangan sampai ada kepala madrasah yang bagus, tapi malah tidak punya kesempatan mendidik anaknya sendiri karena ditugaskan jauh dari keluarganya.

"Kita harus memperhitungkan itu, dimana dia masih memungkinkan tetap aktif di sekolahnya dengan baik tapi juga tetap bisa mendidik keluarganya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement