Selasa 12 Dec 2017 07:40 WIB

44 Guru SMK Indonesia Ikuti Program Pelatihan di Prancis

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Esthi Maharani
Salah satu ketrampilan yang dimiliki lulusan SMK
Salah satu ketrampilan yang dimiliki lulusan SMK

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 44 guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dari Indonesia usai menjalani program pelatihan di berbagai Kampus Kejuruan dan Kualifikasi (Campus des Mtiers et Qualifications) Prancis. Para peserta terdiri dari 18 guru angkatan I periode April-Mei dan 26 guru Angkatan II periode November-Desember.

Materi program disesuaikan dengan kualifikasi kejuruan, yakni aeronotika, pariwisata, perhotelan dan tata boga, energi dan efikasitas energi, pengelasan, serta tekstil dan mode. Dalam rangka selesainya program, Kedutaan Besar Prancis di Indonesia bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menggelar pertemuan evaluasi pada Senin (11/12).

Pada kesempatan tersebut, Duta Besar Prancis untuk Indonesia dan Timor Leste, Jean-Charles Berthonnet, hadir bersama para tamu undangan. Mereka mendengarkan pengalaman dan masukan dari guru-guru SMK terhadap program pelatihan di Prancis serta membicarakan keberlangsungan program pada 2018.

Dubes Berthonnet mengatakan, sekolah vokasi di Prancis menjadi pilihan favorit yang terhubung erat dengan industri. Selain bisa memperdalam kompetensi dari para pakar dunia industri, para siswa sekolah kejuruan di negaranya juga mendapat kesempatan magang dan bekerja di berbagai perusahaan.

"Dengan adanya program pelatihan guru-guru SMK Indonesia ke Prancis, kami berharap ada pertukaran ide, gagasan, dan semangat untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu SMK di Indonesia," tutur Berthonnet lewat pernyataan resminya.

Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud RI Sri Renani Pantjastuti menjelaskan, program pengiriman guru ke Prancis adalah tindak lanjut Instruksi Presiden No 9 mengenai revitalisasi SMK. Untuk meningkatkan kompetensi pengajar, program pelatihan tersebut dilangsungkan selama 2016 sampai 2019.

"Kami akan terus mengirim guru-guru ke berbagai negara di dunia, tidak hanya di Eropa dan Amerika Serikat, tapi juga negara-negara di Asia seperti Jepang dan Korea Selatan," ungkap Sri.

Program pelatihan selama di Prancis disesuaikan dengan kebutuhan guru. Sejumlah kegiatan yang mereka ikuti termasuk kunjungan ke beberapa perusahaan, mendampingi proses penguatan materi, kompetensi teknis, dan pedagogik secara intensif, serta menyumbangkan pemikiran yang lebih terstruktur untuk kegiatan praktik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement