Ahad 26 Nov 2017 10:56 WIB

Guru itu “Menyulap” Gudang Jadi Tempat Berprestasi Gemilang

Kegiatan belajar-mengajar di SMK Teluk Kepayang (foto atas), Defti, berkerudung hitam (foto bawah).
Foto: Dok LAZ Al Azhar
Kegiatan belajar-mengajar di SMK Teluk Kepayang (foto atas), Defti, berkerudung hitam (foto bawah).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Defti Agustiani  merupakan wanita kelahiran Sleman, Yogyakarta,  30 tahun silam. Namun perjalanan hidup akhirnya membawa ia ke tanah Kalimantan,  tepatnya di Desa Teluk Kepayang, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

Sekitar akhir tahun 2009 ia merasa sangat prihatin dengan kondisi pendidikan di desanya. Remaja yang melanjutkan sekolah ke jenjang SMA sedikit sekali. Bisa dihitung dengan jari. Apalagi kalau bukan karena faktor ekonomi dan jumlah sekolah yang terbatas.

“Saya lihat banyak anak-anak nggak sekolah karena faktor ekonomi padahal pintar dan punya potensi, kan sayang”, ujar Defti dalam rilis LAZ Al Azhar yang diterima Republika.co.id, Sabtu (25/11).

Kebanyakan remaja di Desa Teluk Kepayang,  menurut Defti,  banyak yang langsung terjun ke dunia kerja padahal baru tamat SMP. “Pekerjaannya pun tergolong kasar namun banyak diminati karena cepat menghasilkan uang, seperti mendulang emas atau penebang pohon,” ujarnya.

Memiliki penghasilan di usia muda tetapi tidak mendapat bimbingan serta minimnya kegiatan positif, akhirnya remaja di desa Defti banyak meghabiskan uangnya ke narkoba, miras bahkan hingga ke rumah bordil. “Makanya di desa dulu angka pernikahan muda dan perceraian sangat tinggi. Tapi Alhamdulillah dengan hadirnya sekolah SMK Teluk Kepayang ini angka itu bisa ditekan,”  jelas ibu dari tiga orang anak ini.

Melihat kondisi itu, hati Defti merasa terpanggil untuk berbuat sesuatu untuk desanya. Ia pun bermusyawarah dan mengajak kepala desa serta aparat desa lainnya untuk mendirikan sekolah SMA yang kemudian berubah menjadi SMK (ATP) Agribisnis Tanaman Pertanian Teluk Kepayang. Jurusan pertanian ini dipilih karena Desa Teluk Kepayang dikelilingi oleh perusahaan sawit, karet dan lain-lain.

Murid pertama yang mendaftar saat itu berjumlah 30 dengan 6 orang guru yang digaji tak seberapa. Karena tidak memiliki gedung, akhirnya para murid terpaksa belajar di gedung bekas gudang PT Valgoson, sebuah perusahaan kayu yang sudah berhenti beroperasi sejak tahun 1980.

“Para murid juga tak langsung bisa belajar di dalam gudang. Karena gudang ini sudah beralihfungsi menjadi kandang ternak selama tidak digunakan oleh pihak pabrik,” ungkapnya.

Akhirnya dengan gotong royong bersama warga setempat gudang dibersihkan. Dan hasilnya terkumpullah dua karung penuh kotoran kambing dan sapi. ”Saat itu hewan-hewan ternak di sini tidak ada yang punya kandang, jadi tinggalnya di gedung-gedung kosong. Dan gudang itu salah satu yang paling banyak hewannya,”  tuturnya.

Satu tahun berjalan, SMK Teluk Kepayang ini bagai hidup tapi tak ada nafasnya, karena masih minim guru yang paham tentang pertanian. Murid pun lebih banyak belajar di kelas daripada praktik di lapangan.

Akhirnya Defti bertemu Tim LAZ Al Azhar yang kemudian menempatkan Dasamas (Da’i Sahabat Masyarakat) sebagai guru pendamping. Melalui Program Indonesia Gemilang, SMK telah membentuk kader-kader pemberdayaan desa di sekitar  Tanah Bumbu yang mempunyai skill di pertanian dan perkebunan.

Bantuan operasional sekolah juga disalurkan lewat program Beasiswa 3G serta penguatan manajemen pendidikan di sekolah.” Guru yang tadinya menerima gaji  enam bulan sekali kini sudah rutin setiap bulan,” tuturnya.

Defti juga memperjuangkan agar murid SMK Teluk Kepayang ini bisa belajar di tempat yang lebih baik. Segalam macam cara ia lakukan agar sekolah memiliki gedung sendiri. Dialah tokoh dari keluarnya bantuan gedung dari pemerintah sehingga siswa SMK mulai tahun ini bisa menikmati belajar di lokasi yang layak.

Tak hanya mempunyai tempat belajar yang nyaman, prestasi murid SMK Teluk Kepayang terbilang cemerlang meski berada di pedalaman. Para murid diajarkan untuk selalu percaya diri dan berani meski harus bersaing dengan sekolah-sekolah yang lebih besar. Prestasi yang sudah dicapai di antaranya masuk 10 besar lomba pidato PAI (Pendidikan Agama Islam) tingkat nasional yang diselenggarakan di Aceh mewakili Provinsi Kalimantan Selatan.

Ada lagi, juara pertama  tenis meja dan lomba badminton tingkat kabupaten. Bahkan setiap tahun murid SMK Teluk Kepayang terpilih menjadi mitra Koramil dalam membuat video kolosal yang ditayangkan setiap perayaan kemerdekaan Republik Indonesia.

Defti sebenarnya juga pengajar di SDN Guntung. Namun demi kecintaannya pada dunia pendidikan ia rela berjuang mengabdikan tenaga, waktu, pikiran dan kemampuannya di SMK Teluk Kepayang. Setiap pagi ia dinas di SDN Guntung dan siangnya langsung ke SMK untuk mendampingi murid SMK Teluk Kepayang mempelajari pertanian.

Kini SMK Teluk Kepayang kini sudah meluluskan tiga  angkatan sebanyak 68 siswa. Sebanyak 80 persen alumni sudah diserap oleh perusahaan seperti karyawan, guru PAUD dan di kantor pemda. Sementara 20 persennya bekerja di sektor lain.

Defti pun berharap agar ke depan SMK Teluk Kepayang semakin maju dengan tenaga profesional di bidang pertanian dan para alumninya bisa meningkatkan perekonomian dan mengangkat derajat Desa Teluk Kepayang.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement