Sabtu 25 Nov 2017 19:44 WIB

Mau Kuliah di Jerman? IAJ Siap Berikan Rekomendasi

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Elba Damhuri
Deklarasi IAJ. Para anggota Ikatan Alumni Jerman (IAJ) foto bersama usai melakukan deklarasi di Aula Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (10/11).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Deklarasi IAJ. Para anggota Ikatan Alumni Jerman (IAJ) foto bersama usai melakukan deklarasi di Aula Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (10/11).

REPUBLIKA.COID, JAKARTA -- Para profesor hebat lulusan universitas terkemuka Jerman berkumpul dalam satu organisasi bernama Ikatan Alumni Jerman (IAJ) yang baru saja disahkan pada 10 November 2017 lalu. Bagi generasi muda yang ingin kuliah di Jerman, tentu harus memantapkan diri dan para profesor di IAJ siap berikan rekomendasi.

Ketua Dewan Pakar IAJ Prof Darwin Sembayang memaparkan pendidikan merupakan generasi pertama yang ada dalam sebuah universitas. IAJ akan membantu SDM yang mau pergi menuntut ilmu ke Jerman, dan harus memerlukan kualifikasi tertentu.

"Generasi pertama universitas itu adalah pendidikan. Generasi kedua adalah pendidikan dengan riset. Generasi ketiga adalah pendidikan, riset, dan wirausaha," jelas Darwin saat ditemui dalam acara pelantikan kepengurusan IAJ di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (25/11).

Ini artinya, bagi Darwin, permasalahan yang ada saat ini bukan pada ketersediaan beasiswa, karena jalur beasiswa saat ini sudah sangat banyak. Tetapi, masalah ada pada siapa yang minat dan siapa yang punya kemampuan.

Sehingga diperlukan generasi muda Indonesia yang siap untuk bertarung menuntut ilmu di Jerman, agar bisa melahirkan BJ Habibie lainnya. Selain beasiswa, IAJ juga berusaha membantu menciptakan wirausaha muda.

"Dalan program IAJ ini sudah ada bidang UMKM. Ini usahanya dilakukan dengan digital media," jelas Darwin.

Mengapa dengan digital media? Ketua Umum IAJ Komang Wirawan mengatakan, saat ini sudah tidak terlalu dibutuhkan lagi bangunan, yang dibutuhkan adalah sistem. Artinya, banyak mall yang tutup karena beralih ke online, sehingga tidak perlu lagi bangunan mall yang dibutuhkan adalah sistem online.

"Bukan hanya mall yang tutup karena perubahan perkembangan teknologi, bank juga. Di luar negeri banyak bank yang tutup. Karena sudah tidak perlu gedung lagi. Yang diperlukan adalah sistem," jelas Komang saat ditemui di waktu dan tempat yang sama.

Perkembangan perubahan ke depan, menurut dia, masyarkat akan lebih memanfaatkan internet, daripada harus datang berbelanja. Jadi, gedung seperti mall tidak diperlukan, paling hanya diperlukan pabrik. "Nah, dari perubahan ini juga akan muncul masalah baru, yakni tingkat pengangguran bisa bertambah," kata dia.

Sebelumnya, para alumni beberapa universitas terkemuka di Jerman baru saja mendeklarasikan sebuah perkumpulan dengan nama IAJ pada 10 November 2017 lalu. Dua minggu setelahnya pada 25 November 2017, mereka langsung melantik kepengurusan periode 2017-2020.

Keanggotaan IAJ terbuka bagi seluruh WNI yang pernah sekolah di Jerman. Saat ini, sudah mencapai 250an anggota, terdiri dari anggota di Indonesia maupun di luar negeri. Para anggota ini akan memberi kontribusi bagi Indonesia, dengan para alumni universitas di Jerman dari segala fokus ilmu.

IAJ merupakan sarana untuk peningkatan jaringan dan kompetensi alumni Jerman, juga patner pemerintah RI dalam melancarkan roda pembangunan, peningkatan daya saing bangsa, dan mencari solusi untuk kesejahteraan masyarakat kota maupun pedesaan.

IAJ akan bekerja sama dengan organisasi-organisasi nasional maupun internasional, untuk mengintegrasikan SDM global, ikut meningkatkan dan memperluas kerjasama di segala bidang, khususnya kerjasama SDM iptek antara Indonesia-Jerman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement