Rabu 12 Jul 2017 23:29 WIB

Kemendikbud Ingin Jadikan Sekolah Jadi Ekosistem Pendidikan

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Dwi Murdaningsih
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ingin menjadikan sekolah sebagai ekosistem pendidikan. Hal itu mengomentari upaya pemerintah mengimplementasikan penguatan pendidikan karakter (PPK) dalam kebijakan lima hari sekolah (LHS).

“Implementasinya menggunakan tiga prinsip. Ada di dalam UU Sisdiknas, salah satunya manajemen pendidikan berbaais sekolah,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy di Kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Rabu (12/7).

Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu menjelaskan ekosistem pendidikan merupakan rancangan Ki Hadjar Dewantara atau yang dikenal dengan tri pusat pendidikan, yakni sekolah, lingkungan masyarakat dan keluarga. Ia mengatakan selama ini ketiga komponen tersebut bergerak sendiri-sendiri dalam mendidik anak.

“Pusat manajemennya artinya siswa bisa belajar di mana saja. Ketika sekolah ambil tanggung jawab, maka seluruh aktivitas di masya dan keluarga jadi tanggung jawab sekolah,” ujar Muhadjir.

Selain itu, prinsip implementasi lainnya, yakni menggunakan metode belajar aktif. Ia menjelaskan, pemerintah ingin mengubah metode pembelajaran dari sebelumnya guru aktif, menjadi siswa yang aktif.

“Perubahan metode pembelajaran seperti aktif proyek, kerja kelompok, bermain peran bukan ceramah dalam kelas,” jelasnya.

Kemudian, prinsip implementasi lainnya, yakni kurikulum berbasis luas. Artinya, sekolah diharuskan memanfaatkan lingkungan untuk menjadi sumber belajar, baik di keluarga dan masyarakat.

“Sekolah harus memanfaatkannya untuk sumber belajar siswa. Perlakuan individualisasi pada siswa. Guru bantu anak untuk aktualisasikan anak,” kata dia.

Sebab, ia menuturkan, pemerintah berencana memberikan 70 persen pengajaran karakter melalui sekolah, khususnya pada jenjang SD. Sehingga, transfer pengetahuan hanya 30 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement