Selasa 23 May 2017 13:21 WIB

Guru Diminta Latih Anak Hadapi Perbedaan

Rep: Umi Nur Fadilah/ Red: Muhammad Hafil
Toleransi (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Toleransi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penelitian dan Pengembanga (Balitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meminta guru membiasakan anak berhadapan dengan perbedaan. Hal tersebut merupakan upaya untuk melatih anak memiliki toleransi.

Kepala Balitbang Keemendikbud, Totok Suprayitno beranggapan, salah satu upayanya, yakni tidak mendikte anak dengan kebenaran mutlak dalam menjawab soal.

"Tirani satu jawaban, itu membiasakan anak kita tak biasa berhadapan dengan perbedaan gagasan," kata dia  dalam Seminar Nasional Pendidikan dan Kebudayaan di Kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Selasa (23/5).

Selama ini, Totok mengatakan, tirani satu jawaban membuat guru tidak melatih anak-anak dengan perbedaan pendapat dan pemikiran. Padahal, menurutnya, keberagaman menjawab soal akan melatih anak dengan berbedaan gagasan, toleran. Namun, tetap menghormati pandangan orang lain.

"Kalau belum, maka pendidikan kita belum memerdekakan pikiran," jelasnya.

Menurutnya, guru tidak perlu berangkat dengan isu agama, ras untuk mengajarkan toleransi pada anak. Namun, guru bisa berangkat dari hal sederhana, yakni gagasan menjawab soal.

Menurut Totok, toleransi adalah ketika seseorang tidak setuju dengan pandangan yang lain, tetapi tetap mempertahankan pandangannya. Namun, orang tersebut harus menjelaskan pada orang lain atas pandangannya dan keyakinananya.

"Hal ini perlu diajarkan, memerdekakan pikiran buat anak kreatif dan toleran, miliki sikap dan karakter mulia," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement