Selasa 06 Sep 2016 16:26 WIB

Indonesia Luncurkan Laporan Pemantauan Pendidikan Global UNESCO

Rep: umi nur fadhilah/ Red: Esthi Maharani
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mendikbud Muhadjir Effendy berudiensi saat melakukan kunjungan di kantor Harian Republika di Jakarta, Rabu (24/8).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mendikbud Muhadjir Effendy berudiensi saat melakukan kunjungan di kantor Harian Republika di Jakarta, Rabu (24/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendkbud) meluncurkan Laporan Pemantauan Pendidikan Global (Global Education Monitoring/GEM) UNESCO 2016. Indonesia menjadi satu dari empat negara tuan rumah selain London (Inggris), Kigali (Rwanda) dan Medellin (Kolumbia).

Laporan Pemantauan Global UNESCO 2016 bertema 'Pendidikan bagi Manusia dan Bumi: Menciptakan Masa Depan Berkelanjutan untuk Semua' yang menyoroti kebutuhan mendesak peningkatan layanan pendidikan. Berdasarkan laporan itu, butuh waktu hingga 2030 untuk menjawab kebutuhan mendesak peningkatan layanan pendidikan.

"Laporan pertama ini harus menjadi alarm pengingat. Kini pendidikan harus bertindak sebagai agen perubahan untuk mencapai agenda 2030," kata Asisten Direktur Jenderal untuk Pendidikan UNESCO, Qian Tang di Kemendikbud, Selasa (6/9).

Sementara itu, Analis Kebijakan Senior Laporan GEM, Manos Antoninis berujar, kurangnya anggaran pendidikan menghambat kemajuan pendidikan. Seharusnya, ia menjelaskan, negara mengalokasikan lebih banyak anggaran untuk pendidikan.

Ia mengatakan, ada dua cara memprioritasan pengeluaran untuk pemerintah, yakni menghapus subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan mengalokasikan anggaran pendidikan. Berdasarkan penelitian, ia mengatakan, pemerintah Indonesia menetapkan visi ambisius 2025 yang menargetkan negaranya menjadi satu dari 12 negara masu pada 2025. Serta, menjadi satu dari delapan negara maju pada 2045 melalui pencapaian ekonomi berkelanjutan yang tinggi dan inklusif.

Sementara itu, Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan, peningkatan kualitas dan meminimalisasi kesenjangan pendidikan merupakan salah satu target Nawacita. Ia menjelaskan, pemerintah sudah berkomitmen merevolusi karakter bangsa melalui kebijakan rekonstruksi kurikulum pendidikan nasional untuk menjamin kualitas kesejahteraan guru.

Sementara itu, Direktur dan Perwakilan UNESCO Jakarta, Shabaz Khan mengatakan, UNESCO mendukung Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia Filipina dan Timor Leste mengintegrasi masalah dan praktik pembangunan berkelanjutan di semua tingkat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement