Jumat 18 Sep 2015 09:34 WIB

Pengembangbiakan Rafflesia Arnoldii Sulit Dilakukan

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Muhammad Hafil
Raflesia Arnoldi
Raflesia Arnoldi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan lebih banyak penelitian untuk mengungkap segudang misteri di balik spesies bunga Rafflesia arnoldi. Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, Enny Sudarmonowati mencontohkan kesulitan untuk perbanyakan bunga langka ini di luar habitat aslinya.

"Kami sudah berulang kali mencoba memperbanyak dan mengembangkan Rafflesia arnoldi di Kebun Raya Bogor, namun belum bisa tumbuh," kata Enny, Jumat (17/9).

Indonesia memiliki reputasi sebagai negara megabiodiversitas yang menyimpan 10 persen keanekaragaman hayati dunia. Hutan di Pulau Sumatra menjadi habitat asli Rafflesia arnoldi dan Amorphophallus titanium, namun kedua bunga tersebut di ambang kepunahan.

Kelangkaan, kata Enny mengindikasikan terjadinya perubahan kondisi habitat asli tumbuhan tersebut. Ada aspek biologi yang masih menjadi misteri terkait kondisi ideal bagi habitat kedua tanaman ini. Habitat asli kedua bunga langka ini mengalami perubahan cepat dan akhirnya berdampak pada siklus pertumbuhannya.

"Tidak banyak waktu tersisa bagi ahli botani untuk mengaplikasikan penelitian ke dalam langkah konservasi tanaman raksasa ini," ujar Enny.

Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya LIPI, Didik Widyatmoko menambahkan keberadaan dua tanaman langka ini memerlukan dukungan berbagai pihak. Dukungan dari sisi penelitian hayati dan dari sisi kebijakan diperlukan untuk menjaga kekayaan hayati di Pulau Sumatra. "Model yang tepat untuk melestarikan dua flora langka ini diperlukan, termasuk untuk manfaat konservasi dan manfaat pariwisata," ujarnya.

Penyebaran biogeografi Rafflesia arnoldi terdapat diempat provinsi, yaitu Sumatra Barat, Aceh, Bengkulu, dan Lampung. Ahli Konservasi Tumbuhan dari IPB, Ervizal AM Zuhud dalam Prosiding Seminar Nasional Puspa Langka Indonesia (2001) mengatakan habitat Rafflesia arnoldi di Bengkulu sudah rusak. Sebagian besarnya berubah menjadi ladang kopi, seperti yang terjadi di Taba Rena.

"Habitat Rafflesia arnoldii di Taba Rena, Bengkulu di hutan alamnya hanya tersisa 0,25 hektare (ha) saja, sementara di sekelilingnya sudah menjadi kebun kopi masyarakat," kata Ervizal.

Habitat bunga raksasa dunia yang sudah rusak ini, tulis Ervizal harus direhabilitasi dengan reintroduksi jenis-jenis pohon asli setempat dan reintroduksi tumbuhan inang. Penangkaran Raffesia itu meliputi tiga kegiatan, yaitu pengumpulan biji Rafflesia, percobaan infeksi biji Rafflesia ke inang (Tetrastigma sp), dan rehabilitasi habitat juga reintroduksi spesies-spesies asli.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement