Selasa 19 May 2015 04:35 WIB

Pengamat: Bimbel Buat Anak Menjadi Seperti Mesin

Siswa SDN Menteng 1 mengikuti ujian untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia pada hari pertama pelaksanaan Ujian Sekolah (US) tingkat Sekolah Dasar (SD), Jakarta Pusat, Senin (19/5).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Siswa SDN Menteng 1 mengikuti ujian untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia pada hari pertama pelaksanaan Ujian Sekolah (US) tingkat Sekolah Dasar (SD), Jakarta Pusat, Senin (19/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta Jimmy Paat mengatakan bimbingan belajar (bimbel) membuat anak-anak seperti mesin. , Lembaga bimbel semakin marak menjelang Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

"Anak-anak dilatih secara mekanis seperti mesin untuk menjawab soal-soal dengan cepat dan tepat secara berulang-ulang," kata Jimmy, Senin (18/5).

Menurut Jimmy, hal tersebut merupakan risiko yang harus diambil oleh para siswa SMA sederajat yang berlomba-lomba untuk masuk perguruan tinggi negeri (PTN) dengan mengikuti program bimbingan belajar. "Salah satu alasan mereka ikut lembaga bimbingan itu adalah karena merasa bahwa jika hanya dengan mengikuti belajar di sekolah sesuai kurikulum tidak bisa membawa mereka diterima oleh PTN yang diharapkan," tuturnya.

Padahal, Jimmy melanjutkan, mengerjakan soal-soal hanya sebagian kecil dari proses belajar. Oleh karena itu tidak tepat jika disebut bimbingan belajar. "Harusnya namanya bukan 'bimbingan belajar', tetapi 'bimbingan mengerjakan soal', sebab yang diajarkan memang hanya mengerjakan," katanya.

Menjelang SBMPTN yang akan dilaksanakan pada 9 Juni 2015, beragam lembaga bimbingan belajar memang gencar menawarkan program "intensif" untuk siswa SMA/SMK yang baru melaksanakan UN dan para alumni. Ada pun biaya yang ditawarkan cukup beragam. Beberapa lembaga bimbingan di wilayah Jakarta menawarkan harga mulai dari Rp 1 juta hingga Rp 9 juta/peserta.

Berbagai fasilitas juga disediakan, mulai dari kebebasan untuk berdiskusi dengan pengajar kapan saja, fasilitas penginapan hingga janji memberikan pengembalian uang ("cash back") jika tidak lulus PTN yang diinginkan.

Namun, mahalnya biaya tersebut tidak menghalangi para siswa untuk mengikuti program bimbel.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement