Jumat 05 Nov 2021 21:56 WIB

Terminologi Artificial Intelligence di Era Industri 4.0

AI adalah sebuah pendekatan agar komputer bisa mengimitasi kecerdasan manusia

dalam Profesor Talk, Prof. Dr. Taufik Fuadi Abidin ketua LPPM (Lembaga Penelitian & Pengabdian Masyarakat) Universitas Syiah Kuala, Aceh menyampaikan, terminologi artificial intelligence (AI) yang semakin mengemuka beberapa tahun terakhir di era revolusi industri 4.0.
Foto: Universitas Nusa Mandiri
dalam Profesor Talk, Prof. Dr. Taufik Fuadi Abidin ketua LPPM (Lembaga Penelitian & Pengabdian Masyarakat) Universitas Syiah Kuala, Aceh menyampaikan, terminologi artificial intelligence (AI) yang semakin mengemuka beberapa tahun terakhir di era revolusi industri 4.0.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Rangkaian virtual event Rakornas (Rapat Koordinasi Nasional) Aptikom (Asosiasi Pendidikan Tinggi Informatika dan Komputer) akan berlangsung hingga Sabtu (6/11) mendatang. Saat ini dilaksanakan Profesor Talk, yang menampilkan beberapa profesor Indonesia yang ahli di bidang teknologi.

Rakornas ini, terselenggara secara hybrid, dilaksanakan secara luring di Aula Universitas Nusa Mandiri (UNM) kampus Margonda, Depok, Kamis (4/11) serta berlangsung secara daring, melalui Zoom dan channel Youtube Aptikom TV.

Baca Juga

Kegiatan yang dihadiri langsung oleh sekretaris jenderal Aptikom Prof. Dr. rer. nat. Achmad Benny Mutiara, rektor Universitas Nusa Mandiri (UNM) Dr. Dwiza Riana, dekan Fakultas Teknologi Informasi UNM Anton, dan ketua prodi Sains Data UNM, Tati Mardiana ini, dipandu oleh Prof Eri Prasetyo Wibowo.

Sebagai pembicara keempat dalam Profesor Talk, Prof. Dr. Taufik Fuadi Abidin ketua LPPM (Lembaga Penelitian & Pengabdian Masyarakat) Universitas Syiah Kuala, Aceh menyampaikan, terminologi artificial intelligence (AI) yang semakin mengemuka beberapa tahun terakhir di era revolusi industri 4.0.

“Seperti yang dirasakan kini, yakni computing power yang luar biasa. Dahulu mungkin mengenal AI (artificial intelligence) hanya implementasinya pada robotic. Namun sekarang sudah banyak sekali penerapannya, hampir di semua lini kehidupan,” tutur Prof Taufik, Kamis (4/11).

Tidak hanya robotic, aktivasi dari AI ini merambah sampai ke decision making, capturing object dan lain sebagainya. “Jadi, AI itu sebenarnya adalah sebuah pendekatan agar komputer bisa mengimitasi kecerdasan manusia,” ujarnya.

Seiring waktu, perkembangan machine learning (ML) yang merupakan subset dari AI ini sendiri, semakin nyata hasilnya untuk mencari pola dari data, pola dari image dan lain sebagainya. “Sehingga dapat dikembangkan sebuah model yang secara otomatis bisa belajar dari data yang diberikan. Terakhir, yang juga booming sekali beberapa tahun terakhir yaitu teknologi deep learning (DL),” pungkasnya.

Ia menjelaskan, sebenarnya teknologi yang termasuk neural network (jaringan saraf tiruan) ini, sudah sejak lama dalam penelitian. Namun belum begitu terlihat hasilnya, karena power computer pada saat itu belum mampu melakukan proses komputasi yang sangat besar seperti sekarang ini.

“Menurut Tom Mitchell, bahwa machine learning adalah bagaimana computer algorithm ini bisa secara otomatis mengimprovisasi berdasarkan pengalaman yang ditemui atau pelajari,” tukasnya.

Ia menyampaikan, banyak orang memang saat ini, terutama mahasiswa yang menanyakan perbedaan antara machine learning dengan deep learning. “Jika menggunakan pendekatan machine learning, ada satu tahapan penting yaitu feature extraction yang pengembang model harus bisa tentukan sendiri. Hal itu yang paling sulit dalam pendekatan machine learning yaitu feature extraction,” paparnya.

Lanjutnya, kehadiran deep learning ternyata bisa membungkus proses feature extraction itu menjadi satu kesatuan. “Sekarang, pemanfaatan deep learning di computer vision menjadi sangat powerfull. Sebab proses feature extraction itu bisa didapatkan dari pixel-pixel dan image-image yang diamati,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement