Senin 16 Aug 2021 15:31 WIB

Masjid Walidah Dahlan Diharapkan Jadi Pusat Pencerahan

Tidak hanya menjadi pusat ibadah, tapi masjid juga tempat pendidikan karakter

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Gita Amanda
Pembangunan Masjid Walidah Dahlan Universitas
Foto: Universitas Aisyiyah Yogyakarta
Pembangunan Masjid Walidah Dahlan Universitas

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pembangunan Masjid Walidah Dahlan Universitas 'Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta sudah dimulai pada 14 Agustus 2021 kemarin. Pembangunan masjid ini diawali dengan seremonial ground breaking yang dilakukan oleh Menteri BUMN, Erick Thohir dan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir.

Erick berharap masjid ini nantinya tidak hanya sebagai tempat ibadah. Namun, menjadi pusat pencerahan dan pemberdayaan bagi masyarakat luas, tidak hanya civitas akademik di lingkungan kampus.

"Rancangan dan fasilitas masjid dengan tujuh lantai yang modern, ramah lingkungan dan multifungsi mempresentasikan fungsi masjid ini yang sentral. Tidak hanya menjadi pusat ibadah, tapi juga pendidikan karakter dan penetapan kehidupan Islami serta pemberdayaan," kata Erick.

Erick menegaskan, melalui masjid ini nantinya dapat menjadi semangat bagi kampus maupun 'Aisyiyah untuk terus berkontribusi dalam memajukan bangsa kedepan. Sehingga, ciri utama dakwah dari persyarikatan Muhammadiyah terhadap kemajuan pendidikan Indonesia terus digerakkan.

"Semoga ikhtiar dapat membawa manfaat agar Masjid Walidah Dahlan menjadi energi untuk terus berperan dan membentuk masyarakat, punya misi kedepan dan punya rasa keberpihakan kepada rakyat," ujarnya.

Haedar juga menyebut bahwa dihadirkannya masjid ini di lingkungan kampus Unisa merupakan satu kesatuan. Artinya, masjid dan kampus sebagai pusat keunggulan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pembangunan masjid ini, kata Haedar, merupakan bentuk upaya bersama antara pemerintah dengan Muhammadiyah dan 'Aisyiyah dalam membangun bangsa. Bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1443 Hijriyah dan momen HUT ke-76 Kemerdekaan RI, diharapkan melalui kampus dan masjid dapat membangun bangsa lewat spiritual dan intelektual.

"Kami bersama Menteri BUMN menjadi saksi betapa spirit yang luar biasa, komitmen dan pengkhidmatan Unisa di bawah pengayoman PP 'Aisyiyah untuk menghadirkan masjid ini sebagai satu kesatuan dari kampus sebagai pusat keunggulan," kata Haedar.

Pembangunan masjid tersebut dilakukan dengan memanfaatkan lahan seluas kurang lebih enam ribu meter. Sedangkan, luas bangunan mencapai 11.200 meter persegi. Rencananya, pembangunan masjid akan dilakukan secara multiyears. Ditargetkan, pembangunan akan selesai dua tahun kedepan dengan total tujuh lantai.

Pengelolaan masjid sendiri akan dilakukan secara swakelola. Rektor Unisa Yogyakarta, Warsiti menyebut, ada beberapa lantai yang akan dijadikan sebagai Islamic Convention Hall, basement bahkan perpustakaan.

Sebagai kampus yang berwawasan kesehatan, dalam proses pembangunannya Unisa Yogya tidak meninggalkan prinsip-prinsip kesehatan dan keseimbangan ekosistem. Gedung masjid didesain dengan pendekatan ramah lingkungan dan berkemajuan, serta pendekatan hemat energi.

"Penggunaan AC, lampu, lift hemat energi, daur ulang air bekas wudhu untuk penyiraman tanaman dan energi alternatif dengan panel surya," kata Warsiti.

photo
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini mengatakan, masjid harus menjadi pendukung bagi kampus sebagai center of excellence. - (Universitas Aisyiyah Yogyakarta)

 

Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini mengatakan, masjid harus menjadi pendukung bagi kampus sebagai center of excellence. Tentunya, berlandaskan pada nilai-nilai Islam berkemajuan sebagai gerakan yang terus diperjuangkan oleh Muhammadiyah.

"Masjid sebagai center of excellent menuju kehidupan lebih baik dan masjid sebagai tempat pembinaan generasi yang akan datang," kata Noordjannah.

Noordjannah sendiri menjelaskan latar belakang disematkannya nama Masjid Walidah Dahlan. Setidaknya, ada tiga dasar pemikiran lahirnya nama Masjid Walidah Dahlan.

Pertama, Walidah sendiri merupakan tokoh utama dari berdirinya organisasi perempuan terbesar, 'Aisyiyah. Sedangkan, Dahlan merupakan tokoh sentral dalam berdirinya Muhammadiyah.

Dua tokoh yang juga merupakan suami istri ini, kata Noordjannah, pada masanya bersatu dalam memajukan muslim dan perempuan Indonesia dalam pembaharuan. "Walidah sering diminta nasehat oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah pada zamannya, bahkan tahun 1926 Walidah tampil memberi pidato pada Kongres Muhammadiyah di Surabaya yang menyita perhatian publik," ujarnya.

Kedua, nama Walidah disematkan karena merupakan pahlawan nasional. Walidah merupakan simbol kebangkitan nasional yang berperan penting dalam membawa Indonesia merdeka dan menjadi inspirasi hingga saat ini.

Ketiga, penyatuan nama Walidah dan Dahlan juga dinilai menggambarkan spirit serta pemikiran yang integratif. Dalam hal ini, Noordjannah menyebut, keduanya memandang perempuan dan laki-laki sebagai satu kesatuan yang utuh dan bukan untuk dipertentangkan satu sama lain.

"Laki-laki dan perempuan dituntut sama-sama berperan untuk beramal shaleh dan berbasis keimanan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement