Ahad 28 Jun 2020 01:35 WIB

Mahfud MD: Lulusan UNS Agar Jadi Sujana

Mahfud berpesan agar sarjana UNS tak hanya pintar tetapi juga berbudiman atau sujana

Rep: Binti Sholikah/ Red: Esthi Maharani
Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Jamal Wiwoho, beserta salah satu wisudawan terbaik, Suwarno, saat jumpa pers terkait wisuda daring dan luring di Gedung Rektorat UNS, Solo, Sabtu (27/6).
Foto: Republika/Binti sholikah
Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Jamal Wiwoho, beserta salah satu wisudawan terbaik, Suwarno, saat jumpa pers terkait wisuda daring dan luring di Gedung Rektorat UNS, Solo, Sabtu (27/6).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO – Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) RI, Mohammad Mahfud MD hadir secara daring pada wisuda periode III tahun 2020 yang diselenggarakan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Sabtu (27/6). Dalam kesempatan tersebut, Mahfud MD turut memberikan sambutan.

Mahfud MD berpesan kepada lulusan UNS agar menjadi pribadi yang tidak hanya pintar, tetapi juga berbudiman atau sujana. Istilah sarjana yang sujana tersebut dia kutip dari pernyataan Rektor pertama Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Sardjito.

"Universitas jangan hanya melahirkan sarjana tapi juga sarjana yang budiman atau sujana dalam bahasa Jawa," terang Mahfud MD.

Menurutnya, ada dua hal penting untuk mewujudkan lulusan UNS sebagai sarjana yang sujana, yakni kualitas hati nurani dan kemuliaan atau keunggulan otak. Dia menghubungkan dua hal itu dengan salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang termuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

"Dalam UUD kita salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa bukan mencerdaskan otak. Dalam kecerdasan kehidupan ada kecerdasan watak, emosional, spiritual, sedangkan kecerdasan yang satunya adalah otak. Jadi, disitu bertemu kecerdasan otak dan watak, kemuliaan watak dan keunggulan otak. Disitulah yang disebut intelektual, disitulah yang disebut sarjana," papar Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) periode 2008-2013 tersebut.

Di samping itu, pribadi sarjana yang sujana juga membutuhkan sifat kritis. Sifat kritis dapat dibuktikan dengan mempertanyakan langkah-langkah yang akan diambil secara faktual dan logika. Seorang sarjana juga dituntut untuk mencari jalan antara idealisme dan realisme, sebab di antara kedua hal itu terdapat sifat kritis. Dia juga berpesan agar lulusan UNS berani mengamalkan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.

"Lulusan perguruan tinggi yang berilmu amaliah dan beramal ilmiah. Ilmunya bisa diamalkan tidak hanya diawang-awang. Karena banyak orang omong-omong tapi tidak bisa dilaksanakan, tetapi ada orang yang terlalu praktis amal atau pekerjaannya tapi tidak punya dasar-dasar ilmiah. Lulusan perguruan tinggi adalah lulusan yang berilmu amaliah dan beramal ilmiah berbuat sesuai tuntutan-tuntutan ilmu," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement