Ahad 14 Jul 2019 18:55 WIB

Buku Pop-Up Jadi Sarana Belajar Kesantunan Berbahasa

Ini merupakan media pembelajaran kesantunan berbahasa yang efektif dan menyenangkan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
 Buku pop up karya sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang mengajarkan kesantunan berbahasa.
Foto: Dokumen.
Buku pop up karya sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang mengajarkan kesantunan berbahasa.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Perundungan secara verbal merupakan salah satu jenis bullying yang masih sering dianggap remeh kebanyakan orang di Indonesia. Padahal, efek yang ditimbulkan cukup besar.

Perundungan verbal merupakan pelanggaran nilai-nilai kesantunan berbahasa. Padahal, kesantunan berbahasa satu segi kebahasaan yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional penuturnya.

Sebab, di dalam komunikasi, penutur dan petutur tidak hanya dituntut menyampaikan kebenaran. Tapi, harus tetap komitmen untuk menjaga keharmonisan hubungan.

Kesantunan berbahasa inilah yang harus kembali ditanamkan dan dikuatkan dalam diri seseorang. Tidak cuma mengembangkan karakter diri, tapi untuk menguatkan dan menjaga keutuhan bangsa.

Untuk mengajarkan kesantunan berbahasa anak, sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) membuat buku pop-up. Isinya, cerita pendek ringan tentang penggunaan empat kata ajaib.

Ada maaf, terima kasih, tolong, dan permisi. Buku dikembangkan lima mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yaitu Mahira Clarita Garinihasna (Pendidikan Bahasa Inggris), dan Anis Safitri (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia).

Lalu, Dianita Astari (Pendidikan Ekonomi), Nadhila Hibatul Nastikaputri (Bahasa dan Sastra Indonesia), serta Syaeful Anwar (Pendidikan Seni Rupa).

Mahira mengatakan, tujuan utama buku pop up memang mengajarkan kesantunan berbahasa. Tapi, buku dapat pula mengenalkan keragaman suku, agama, bahas, dan budaya di Indonesia.

Semua itu akan tampak dalam pakaian tokoh, penggunaan bahasa, dan latar cerita. Mahira menilai, buku ini merupakan solusi bagi para orang tua menanamkan karakter santun berbahasa.

"Dengan cara yang menyenangkan, membiasakan anak untuk senang membaca dan meningkatkan kedekatan antara orang tua dengan anak," kata Mahira.

Anis menerangkan, buku ini menceritakan seorang anak kecil bernama Rio yang datang ke Kampung Garuda Perkasa. Masyarakat di sana berasal dari berbagai macam suku dan agama.

Itu menjadi representasi Indonesia yang multikultur. Rio yang notabene anak modern, belajar kesantunan berbahasa dari teman-teman barunya yang multikultur.

Dari situlah Rio mengenal empat kata ajaib yaitu maaf, tolong, terima kasih, dan permisi. Selain itu, Rio dapat belajar tentang keanekaragaman budaya dari pakaian yang dikenakan penduduk.

"Ini merupakan media pembelajaran kesantunan berbahasa yang efektif dan menyenangkan untuk anak-anak," ujar Anis.

Syaeful Anwar menjelaskan, alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan buku pop up cukup sederhana. Mulai gunting, cutter, penggaris, sampai lakban untuk alatnya.

Untuk bahannya, perlu kertas ivory, kertas karton, lem castol, dan lem fox. Pembuatan dimulai menentukan tema, tokoh, alur, kerangka cerita, mengembangkannya, dan mulai membuat sampel.

"Kemudian, buat desain karakter dan warna, cetak digital desain, potong hasil cetak digital, dan buat pola pop up, tempelkan potongan pola pop up yang sudah ditentukan tema," kata Syaeful.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement