Senin 24 Jun 2019 17:36 WIB

Pendaki Bisa Lebih Relaks Dengan Sepatu Mahasiswa UM

Para pendaki memerlukan persiapan fisik sebelum melakukan pendakian

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) menciptakan sepatu relaksasi untuk pendaki.
Foto: Dok Pribadi
Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) menciptakan sepatu relaksasi untuk pendaki.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Hobi mendaki menjadi inspirasi tersendiri bagi tiga mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM). Hajar Ishfahani Budiarto, Farika Ilmi dan Teddy Amin Romansyah berinovasi dengan menciptakan Sepatu Relaksasi (Serasi). Sepatu tersebut diharapkan bisa menjadi solusi mengatasi kelelahan otot dan hipotermia bagi pendaki di Indonesia.

Mahasiswa Hajat Ishfahani Budiarto menjelaskan, ide penciptaan inovasi ini tak lepas dari aktivitas pendakian gunung. Aktivitas ini memerlukan persiapan fisik sebelum melakukan pendakian. Tujuannya agar tidak terjadi cedera atau gangguan kesehatan. Bagi para pemula, pendakian gunung menjadi olahraga yang bisa membebani otot pada kaki.

"Selain itu, pendaki akan menghadapi resiko gangguan kesehatan high altitude illness (HAI)," kata Hajar kepada Republika, Senin (24/6).

Manusia pada dasarnya akan mengalami kekurangan oksigen saat berada di ketinggian. Sementara tubuh harus berusaha menyesuaikan detak jantung dan pernapasan lebih cepat. Semua ini ditunjukkan agar mampu menjaga penyebaran oksigen yang dibutuhkan tubuh.

"Apabila melakukan pendakian secara terlalu cepat dalam waktu pendek, tubuh tidak akan dapat beradaptasi dengan baik. Maka dari itu, altitude sickness dapat muncul," jelas Hajar.

Karena situasi tersebut, maka wajar 43 persen pendaki pemula berpotensi mengalami gangguan kesehatan HAI. Tidak hanya karena kurang persiapan dalam latihan fisik, tapi juga peralatan pendakian yang kurang memadai. Lalu diperparah oleh kondisi suhu dingin di daerah pegunungan.

"Jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat, maka akan menjadi hipotermia. Ini berpotensi menyebabkan kecelakaan pada pendaki hingga berakibat kematian," terangnya.

Hipotermia merupakan penurunan suhu tubuh yang memaksa seseorang untuk beradaptasi agar organ vital dapat terlindungi dari dingin. Kondisi ini membuat otot harus berkontraksi agar meningkatkan suhu tubuh. Otot yang berkontraksi akan menyebabkan kelelahan serta meningkatkan potensi cedera pada kaki.

Menurut Hajar, pendaki yang terkena gejala hipotermia harus dihangatkan. Kemudian relaksasi otot agar kontraksi tubuh yang kedinginan dapat diminimalisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan pemanfaatan perkembangan teknologi yang tersedia. Meski telah tersedia teknologi relaksasi, Hajar menilai, penggunaan peralatannya masih relatif sulit. Akan lebih sulit lagi apabila dibawa untuk kegiatan mendaki. Hal ini yang melatarbelakangi Hajar dan tim untuk mengembangkan alat terapi kesehatan bagi para pendaki.

"Yang mampu memberikan relaksasi medan elektromagnetik dan relaksasi thermal secara bersamaan," tambahnya.

Mengenai komponen sepatu relaks itu, Mahasiswa Farika Ilmi menjelaskan, alatnya meliputi mikrokontroller arduino pro mini, relay dan sensor suhu infrared. Teknologinya juga memasukkan unsur modul medan elektromagnetik dan heater thermal. Lalu OLED 0.96 inchi dan baterai dengan total pembiayaan komponen sebesar Rp 1,3 juta.

Untuk menggunakannya, Farika menambahkan, sepatu hanya perlu dipakai pada umumnya. Sepatu yang telah terpasang alat kemudian ditancapkan kabel konektor hitam dan putih.  Lalu menekan tombol on/off yang tersedia. "Dan sepatu akan menyalakan relaksasi thermal dan medan elektromagnetik secara otomatis tergantung dari kondisi tubuh yang terbaca oleh sensor," ungkap Farika.

Sementara ihwal perawatan, Farika memastikan, caranya relatif mudah. Hal ini karena Serasi memiliki desain plug dan play sederhana. Jika sepatu akan dicuci, maka pengguna hanya perlu melepas konektor rangkaian elektroniknya.

Dibandingkan alat lainnya, Mahasiswa Teddy Amin Romansyah mengklaim alatnya lebih mudah dipakai sehingga bisa digunakan sambil beraktivitas. Kombinasi relaksasinya mampu mengatasi kelelahan otot dan hipotermia. Sepatunya juga dianggap dapat memberikan pemantauan realtime bagi pendaki.

"Dan peralatan akan menyala secara otomatis jika suhu tubuh menurun," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement