Jumat 10 May 2019 20:50 WIB

Menristekdikti Sebut Pengelolaan Politeknik Sudah Membaik

Pengelolaan Politeknik sudah diperbaiki.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Esthi Maharani
Menristekdikti Mohamad Nasir
Foto: Antara/Kahfie Kamaru
Menristekdikti Mohamad Nasir

REPUBLIKA.CO.ID, CIKARANG -- Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) menilai pengelolaan politeknik selama ini tidak dilakukan dengan baik. Menurut dia, selama ini pengelolaan politeknik tidak jelas karena tidak pernah dihubungkan dengan kebutuhan industri. Namun, saat ini Nasir mengatakan pengelolaan sudah diperbaiki.

"Jadi politeknik yang ada mulai sekarang ada perubahan yang luar biasa. Sehingga yang dulu pengelolaannya tidak pernah link dengan industri, sejak saya sebagai menteri tidak boleh politeknik tidak berhubungan dengan industri," kata Nasir, usai Grundbreaking Kampus Polman Astra Cikarang, Jumat (10/5).

Ia menegaskan, saat ini link and match antara politeknik dan industri adalah hal yang wajib. Hal ini dilakukan bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan industri.

"Kalau ada politeknik yang didirikan tanpa kerja sama industri tidak bisa didirikan. Harus ada kerja sama dengan industri," kata Nasir menambahkan.

Kurikulum di politeknik juga harus diperbanyak terkait praktik daripada teori yang diajarkan. Menurut Nasir perbandingan antara praktik dan teori sebaiknya 70:30 atau 60:40. Sehingga, Kemenristekdikti merumuskan tiga semester di kelas sekaligus laboratorium dan dua semester di industri.

"Sehingga mereka di industri sudah tidak lagi tumpang tindih, bisa dihitung. Satu minggu menyelesaikan 45 jam setara dengan satu SKS. Kalau satu semester enam bulan setara 24 SKS, kalau setahun bisa 48. Ini sudah jalan 2017 di politeknik negeri," kata dia.

Perubahan ini tidak bisa hanya melibatkan mahasiswa dan kurikulum perkuliahan. Namun, dosen atau staf pengajar juga harus disiapkan agar bisa berjalan sesuai yang diharapkan. Nasir mengatakan, saat ini masih ada perguruan tinggi yang tidak sesuai dengan industri.

Ke depannya, perguruan tinggi harus meningkatkan kerja sama dengan industri terkait pengajarnya. "Sehingga nanti 50 persen dari akademisi, bisa dari industri yang latar belakangnya tidak dari S2, bisa S1 atau D4. Tapi ekspertnya sama dengan S2," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement