Senin 06 May 2019 14:47 WIB

JK Titip Guru Masa Depan ke UNY

UNY yang 70 persen lulusannya menjadi guru memiliki peran besar.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Jusuf Kalla
Foto: AP/Alastair Grant
Jusuf Kalla

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menggelar seminar nasional dalam rangka Dies Natalis ke-55. Wakil Presiden Republik Indonesia (RI), Jusuf Kalla, memberi amanah khusus kepada UNY.

Tampil sebagai pembicara kunci, Jusuf Kalla mengatakan, kemajuan dan kemakmuran merupakan tujuan bersama semua elemen bangsa. Tapi, itu cuma bisa dicapai hanya dengan meningkatkan nilai tambah.

Hari ini, nilai tambah bisa didapatkan bila kita menguasai teknologi. Teknologi, bagi JK,  dasarnya pendidikan, sehingga kita harus bicara pendidikan yang merupakan basis utama dari masa depan.

"Bila tidak berbasis masa depan, pendidikan itu menjadi museum, sering saya katakan beda museum dan kampus, museum itu melihat ke belakang, kampus melihat masa depan," kata JK, Sabtu (4/5).

Ia menuturkan, UNY yang 70 persen lulusannya menjadi guru tentu saja memiliki peran besar. Angka itu jadi salah satu wujud kemajuan profesi guru, seiring majunya kemakmuran guru di Indonesia.

JK menyebut kualitas sekolah dipengaruhi empat hal. Sejauh mana tingkat dan kualitas guru, sistem dan kurikulum, tidak ketinggalan sarana prasarana dan dan terakhir lingkungan atau budayanya.

Terinspirasi Kaisar Hirohito, JK mengingatkan pentingnya posisi guru bagi bangsa. Keberadaan guru yang begitu dikhawatirkan Hirohito, jadi salah satu kunci kesuksesan Jepang menjadi kutub kemajuan dunia.

Namun, ia merasa selama ini sistem dan kurikulum di Indonesia selalu mendapat sinisme seiring pergantian pemangkunya. Padahal, JK merasa, pergantian itu sesuatu yang sangat wajar.

Meski begitu, ia merasa perhatian anggaran yang diberikan Indonesia kepada dunia pendidikan sudah cukup tinggi. Karenanya, jika ada pergerakan anggaran JK melihatnya sebagai sesuatu yang biasa.

"Akan terus turun naik anggaran itu, jadi sarana selalu akan lebih baik, bahwa ada sekolah yang masih belum baik tentu itu harus menjadi perhatian kita semua," ujar JK.

Bagi JK, Yogyakarta, Bandung dan Malang bisa menjadi teladan dunia pendidikan di Indonesia. Ia merasa, kesuksesan kota-kota itu tidak lain lantaran budaya lingkungan belajar yang sudah sangat baik. 

Kemudian, JK bicara dua arah pendidikan dunia, liberal education AS dan skill bassed ala Eropa. Jika bicara vokasi, ia menekankan agar kita belajar ke Eropa dan negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan.

Memasuki era 4.0, JK menekankan pentingnya otomatisasi, robotic dan generasi yang memunculkan sistem lebih cepat. Melihat sejarah pendidikan Indonesia, memang ada perkembangan yang menarik.

Sebagai negara bekas jajahan Belanda, sistem yang berkembang di Indonesia tentu saja kelas-kelas. Tapi, hari ini, JK mengajak kita dapat fokus kepada angin yang berkembang, inovasi dan kemampuan diri.

"Keduanya penting, tidak ada negara yang bisa maju tanpa inovasi, tidak ada pula negara yang bisa maju tanpa skill," kata JK.

Untuk itu, ia berpesan agar UNY turut memberi sumbangsih dalam melahirkan guru-guru berkualitas pada masa depan. Termasuk, dalam mengembangkan pendidikan inovatif dan menunjang kemampuan diri.

Soal kemampuan guru dan pendidikan di Indonesia, JK meminta tidak boleh saling menyalahkan satu sama lain. Semuanya harus dilakukan bersama dan bersinergi demi kesuksesan menghadapi persaingan.

"UNY harus memberikan hasil yang lebih baik," ujar JK dalam seminar yang dipandu langsung Rektor UNY, Sutrisna Wibawa, dan dihadiri rektor-rektor perguruan tinggi negeri dan swasta di DIY tersebut.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement