Selasa 26 Feb 2019 09:44 WIB

Warga Palestina Belajar Budi Daya Perairan ke UMM

Salah satu hasil riset UMM menjadi solusi bagi masyarakat di Palestina.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Warga Palestina Belajar Budidaya Perairan ke UMM
Foto: Dok UMM
Warga Palestina Belajar Budidaya Perairan ke UMM

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sejumlah warga palestina datang secara khusus ke Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk mempelajari berbagai temuan budidaya pertanian, peternakan, juga perairan Jumat (15/2) lalu. Kehadiran mereka dalam rangka menindaklanjuti kerja sama antara Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) UMM dengan Department of Aquaculture, Palestinian Ministry of Agriculture. 

Dosen program studi (Prodi) Perikanan UMM, Dony Prasetyo, menjelaskan, tertariknya warga Palestina belajar budidaya, khususnya perairan ke UMM karena pengelolaannya masuk standar Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dan telah tersertifikasi. Selain ke tempat pembudidayaan ikan, mereka juga diajak melihat produksi jamur, hasil pertanian dan juga pembuatan roti yang terpusat di satu lokasi.

Prodi Perikanan turut memperkenalkan program unggulannya, Aquaponik atau sistem Bio Natural (Biona). Sistem ini tidak menghasilkan limbah dalam kolam.yang ditempati oleh ikan selama tiga sampai bulan.

“Penerapan sistem seperti ini bisa menjadi lebih efisien untuk diterapkan di wilayah Timur Tengah seperti Palestina. Sistem ini yang membuat mereka belajar ke UMM karena lebih hemat lahan serta air,” kata Doni melalui keterangan resmi yang diterima Republika, Rabu (26/2).

Perihal Aquaponik, Doni menerangkan, ini bagian sistem pertanian berkelanjutan yang mengkombinasikan aquakultur dan hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiotik. Di aquakultur yang normal, ekskresi atau proses pembuangan sisa metabolisme dan benda tidak berguna dari hewan yang dipelihara akan terakumulasi di air. Kemudian akan meningkatkan toksisitas atau kadar racun apabila air tidak dibuang.

Selain itu, salah satu hasil riset terkini UMM yang diperkenalkan dan menjadi solusi bagi masyarakat urban di Palestina. Antara lain konsep one house one pond (satu rumah satu kolam) yang digagas dosen Prodi Perikanan, FPP UMM, Riza Rahman Hakim.

Di konsep tersebut, Riza memiliki strategi memanfaatkan lahan sempit di perkotaan atau urban untuk berternak ikan dengan hasil maksimal dan efisien. Ia juga menggabungkan antara budidaya ikan lele di kolam terpal dengan budidaya sayuran melalui sistem aquaponik.

Menurut Riza, terdapat dua sistem yang dikembangkannya, yakni untuk budidaya lele biona berbasis bio-natural serta jenis bionik. Lele bionik merupakan kombinasi antara bio-natural dan aquaponik. Dengan konsep ini, penggantian air hanya 30 persen dan seminggu sekali saja.

Secara umum, ia melanjutkan, one house one pond menjadikan kotoran lele sebagai pupuk tanaman di atas kolam yang terus berulang. Selain hemat dalam memberi makan lele, konsep ini juga meminimalisasi pemakaian air. “Dalam konsep ini, penggunaan air sangat sedikit. Sementara pada budidaya lele tradisional, sekitar 50 persen air diganti dan dilakukan hampir setiap hari. Airnya juga berbau tak nyaman,” ujarnya.

Di kesempatan berbeda, Rektor UMM, Fauzan, menilI, penguatan riset berbasis kepakaran ini menjadi ciri khas UMM untuk mengembangkan mutu akademik agar bisa bersaing di level internasional. Hal itu selaras dengan ikhtiar UMM yang terus berupaya melakukan pemetaan kepakaran para dosen agar memiliki keahlian yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement